Wednesday 25 January 2012

Mengukur Arah Kiblat


Setelah kita mengetahui hasil penghitngan arah kiblat dari suatu kota, maka tugas selanjutnya adalah mengukur arah yang tepat sesuai dengan penghitungan kita. Untuk menukur arah menggunakan hasil penghitungan yang cermat seperti tersebut di atas, diperlukan cara pengukuran yang cermat pula agar hasilnya bisa optiamal. Adapun cara-cara yang bisa kita lakukan untuk pengukuran ini antara lain :
1. Menggunakan Kompas Magnetis
2. Menggunakan Tongkat Istiwa’
3. Menggunakan bayangan matahari
4. Memanfaatkan Moment Matahari Berkulminasi (Merpass) tapat di atas Ka’bah
Dari keempat cara tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Kompas magnetis misalnya, benda ini relative mudah di dapat dimana saja. Cara penggunaannyapun relative mudah. Tetapi akurasi hasil yang diperoleh masih tergantung banyak factor. Sedangkan pada penggunaan tongkat istiwa’ hasil yang diperoleh relative lebih akurat, asal pengukurannya cermat. Tetapi cara pengukuran semacam ini sangat tergantung pada cuaca dan harus dilakukan pada siang hari ketika cahaya matahari cerah, serta butuh waktu yang relative lebih lama. Penggunaan theodolite sebagai alat pengukur arah, memang menjanjikan hasil yang sangat akurat. Tetapi alat ini relative tidak mudah di dapat dan juga tergantung data astronomis serta kecerahan cahaya matahari. Pemanfaatan bayangan matahari serta moment matahari berkulminasi di atas kota Makkah, juga mengandung unsuk kelebihan dan kekuranga. Selengkapnya marilah kita membahas satu persatu kelima cara tersebut dalam pengukuran arah kiblat.
1. Penggunaan Kompas Magnetis
Kompas magnetis adalah sebuah alat yang memanfaat kan sifat-sifat logam bermuatan magnet. Sebagaimana diketahui bahwa di seluruh kulit (baca : permukaan) bumi ini diliputi dengan electron bebas. Karena bumi kita ini berputar pada porosnya (rotasi) dengan kecepatan ± 1666.67 km/jam, maka kekuatan electron bebas ini terpolarisasi di dekat poros bumi, yakni kutub utara dan selatan. Sedangkan benda-benda yang bermuatan megnet, yang memiliki kekuatan menarik dari electron bebas, secara otomatis akan mengikuti arah gerakan electron ke pusat kekuatan tersebut. Dengan demikian benda bermuatan megnet ini bial diberi kesempatan untuk bergerak bebas akan selalu menunjuk arah utara dan selatan. Namun demikian hal ini yang perlu diingat adalah bahwa pemusatan kekuatan electron bebas ini tidak tepat betul di kutub bumi, melainkan berpindah-pindah secara konstan masing-masing tempat di permukaan bumi ini terdapat magnetic variation. Jelanya bahwa untuk menunjuk arah utara – selatan secara tepat, maka di masing-masing lokasi perlu ada koreksi yang berkisar antara – 40 s.d + 40.
Dengan penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk penggunaan kompas magnetis dalam pengukuran arah kiblat, bila kita menginginkan hasil yang benar-benar akurat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Gunakan kompas yang cukup besar dan gerakan jarumnya relative tenang. Sebab pada kompas kecil, jarum magnetnya sangat mudah dipengaruhi kekuatan medan magnet yang ada di sekitar.
b. Carilah data magnetic variation yang berlaku pada tahun itu di lokasi d mana akan dilakukan pengukuran arah kiblat. Data ini tiap tahun bias kita peroleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Departement Perhubungan RI, atau biasanya dilampirkan pada buku Ephemeris Hisab dan Rukyat terbitan Departement Agama.
c. Selanjutnya carilah tempat yang data (kalau bias rata-rata air) kemudian letakkan kompas magnetis tersebut di atanya.
d. Tunggu sejenak sampai jarum kompas benar-benar berhenti, kemudian geserlah pelan-pelan, sehingga angka nol berhimpit sempurnya pada jarum yang mununjuk arah utara.
e. Arah kiblat sebenarnya adalah angk` yang ditunjukkan kompas sesuai dengan hasil penghitungan ditambah/dikurani denan koreksi dari magnetic variation. Misalnya hasil penghitungan adalah -650 58’ 14,97’’ dan data magnetic variation untuk Jawa Timur adalah +10 15’ = -640 43’ 14,97’’ ke arah barat atau 2950 16’ 45’’ searah jarum jam ke timur.
f. Tariklah benang melintasi titik pusat jarum dan angka 2950 16’ pada papan kompas dan tancapkan kedua ujung benang tersebut. Itulah arah kiblat yang kita cari.
2. Menggunakan Tongkat Istiwa’
Pengukuran menggunakan tongkat ini merupakan cara yang tidak menuntut peralatan dan data khusus, tetapi hasilnya bias jadi paling akurat, asal dilakukan dengan cermat dan teliti. Cara pengukuran arah dengan memanfaatkan bayangan matahari ini merpakan cara yang palling akurat di antara cara pengukuran arah yang lain. Hal ini disebabkan gerak matahari saat terbit sampai terbenam merupakan lintasan lurus dari timur ke barat secara hamper sempurna. Dikatakan “hamper” karena memang ada pergeseran tatapi terlalu kecil sehingga dapat diabaikan. Sebagaimana diketahui bahwa setiap tahun matahari bergeser dari 00 di katulistiwa pada tanggal 21 Maret bergeser kea rah utara sampai mencapai 230 26’ LU pada tanggal 22 Juni. Selanjutnya kembali ke titik 00 pada tanggal 22 September dan melanjutkan pergeserannya ke belahan bumi sebelah selatan sejauh 230 26’ LS pada tanggal 21 Desember, dan kembali lagi ke titik 00 tanggal 21 Maret tahun berikutnya.
Pergeseran yang akibat gerak revolusi bumi mengelilingi matahari denganlilntasan orbit berbentuk oval pada posisi miring ini ditempuh bumi rata-rata selama 91,3 hari sejauh 230 26’. Artinya setiap hari (24 jam) bumi bergeser sejauh 00 15’ 23. 86’’. Dari terbit sampai terbenam (selama 12 jam) bumi bergeser sejauh 00 7’ 41.93’’. Dan apabila kita memanfaatkan cahaya matahari selama 4 jam untuk pengukuranarah ini, artinya matahari hanya bergeser sejauh 00 2’ 33.98’’. Sebuah suduh yang hanya bias dihitung tetapi sangat sulit digambarkan karena terlalu kecilnya dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan bayangan matahari ini relatife paling akurat karena kita akan memperoleh arah yang sempurna.
Cara pengukuran arah qiblat dengan tongkat istiwa’ hamper sama denan pengukuran bujur dan lintang tempat dengan tongkat istiwa’ yang telah dibahas terdahulu. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Peralatan yang dibutuhkan meliputi : tongkat lurus sepanjang 1 atau 1,5 meter dengan diameter kira-kira 1 sampai 2 cm, bandul, benang jahit ± 10 meter, paku 10 biji, penggaris siku-siku, kalkulator dan hasil hitungan arah kiblat.
b. Carilah tempat yang datar dengan cahaya matahari penuh. Tancapkan tongkat tegak lurus dengan tanah. Gunakan bandul agar tongkat benar-benar tegak lurus.
c. Perhatikan ujung bayangan tongkat tersebut. Tancapkan paku di ujung bayangan sebanyak tiga kali atau lebih, misalnya pada jam-jam 10, 12 dan 14.
d. Tariklah benang melewati ketiga tanda paku tersebut sepanjang ± 3 meter. Bila anda menancapkan paku tersebut tepat pada ujung bayangan, tentu benang akan membentuk garis lurus. Garis ini adalah arah barat sempurna.
e. Buatlah garis di ujung benang sebelah timur sehingga membentuk sudut siku-siku kea rah selatan. Garis ini adalah arah utara-selatan sempurna.
f. Gunakan kalkulator untuk menghitung nilai tangen dari hasil penghitungan arah kiblat. Misalnya : untuk arah kiblat kota Surabaya – tan 650 58’ 14,97’’ = 2.2429. Artinya perbandingan sisi bawah dan sisi tegak adalah 1 : 2.2429.
g. Selanjutnya ukurlah dari titik sudut benang ke arah selatan sepanjang 1 meter dan arah barat 2.2429 meter. Berilah tanda paku pada kedua titik tersebut.
h. Hubungkan kedua titik tersebut dengan benang. Sisi miring dari segitiga siku-siku tersebut adalah arah kiblat yang kita cari.

0 comments:

Post a Comment

Kritik dan saran untuk kebaikan dan penyempurnaan