Sunday, 29 January 2012

KITA…. DAN PENGOBATAN CARA NABI


Telah diriwayatkan dalam atsar Bani Israil, bahwa Nabi Ibrahim al-Khalil As, pernah berkata : “Ya Tuhan! Dari manakah datangnya penyakit?” Jawab-Nya: “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim : “Dari mana pula datangnya obat?” Jawab-Nya : “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim AS: “Lantas bagaimana dengan dokternya?” Jawab-Nya: “Orang yang telah diberi Allah obat dalam tangannya”. (Zadul Ma’ad hal.68).
Kita mengetahui bahwa penemuan penicillin tahun 1928, merupakan penemuan ilmiah yang mampu merombah besar-besaran cara pengobatan pelbagai penyakit, penicillin itu dibuat dengan cara menfermentasikan jamur. Kita juga tidak melupakan bahwa serum (darah) yang dipakai sebagai baksinasi terhadap penyakit-penyakit, justru terbuat dari penyakit itu sendiri, seperti cacar. Dan serum yang dipakai vaksinasi terhadap diphtheria dan virus hepatitis B dan lain-lain serum untuk pencegahan, adalah bacteria atau virus-virus yang telah lenyap karakteristiknya yang menyebabkan penularan dan infeksi, kemudian dioleh menjadi obat-obatan buatan untuk mencegah pelbagai penyakit, dan ternyata berhasil dengan cara ini. Dan menurut keyakinan saya – berdasarkan dengan kaidah ini – yaitu vaksinasi dengan penyakit untuk melindungi penyakit, adalah mahkota pertama bagi manusia untuk melindungi dirinya dari penyakit-penyakit. Karena jika Nampak pada kulitnya adanya luka ringan dan pindahnya basil dengan cara yang sedikit sekali sudah dapat menguatkan imunitasnya dan menjaganya dari tertimpa penyakit, sama saja apakah penyakit itu disebabkan oleh bacteria atau virus-virus yang banyak ragamnya.
Banyak sekali ternyata, bahwa obat itu didapat dari penyebab penyakit, hingga (dalam Bahasa Arab), kata obat (dawaaun) merupakan kelipatan dari penyakit (daaun).
Setiap penyakit tentu ada obatnya. Misalnya penyakit liver (hati), bukanlah satu macam saja. Tetapi banyak sekali jenisnya dan macamnya. Antara lain : peradangan pada liver yang sudah kronis (hepatitis kronis), perlemakan pada liver, di mana penyakit – penyakit itu bias tumpang tindih pada liver. Misalnya hepatitis kronis, juga macam-macam, antara lain : hepatitis kronis yang pasif, dan hepatitis kronis yang aktif. Demikian juga setiap macam penyakit akan berbeda cara pengobatannya, tergantung tingkat penyakit dan sebab-sebabnya, dan tergantung kadanr penyakit itu sendiri . . . kadang-kadang pengobatan itu membawa manfaat dan kadang-kadang tidak, sekalipun penyakit itu dari tingkatan dan jenis yang sama.
Misalnya pula, hepatitis yang sudah kronis dan aktif berbeda pula cara pengobatannya, tergantung tingkatannya, apakah sederhana atau sudah parah. Dan berbeda pula sebab-sebabnya, maka hepatitis kronis aktif yang disebabkan oleh zat-zat kimiawi, tentu berbeda pengobatannya dengan yang disebabkan oleh virus hepatitis, demikian juga yang disebabkan oleh virus hepatitis akan berbeda pula, tergantung kepada keadaan si sakit, apakah dia termasuk pembawa (carrier) atau bukan. Seperti telah kita sebutkan juga perbedaan pada pasien itu sendiri, maka pasien yang menderita penyakit gula (diabetes mellitus) akan berbeda pula pengobatannya dengan yang tidak menderita penyakit gula.
Karena itu, untuk memilih cara penyembuhan yang tepat, harus berpijak pada hakikat penyakit, tingkatannya dan sebabnya, dan memilih waktu yang tepat untuk penyembuhannya agar dapat sembuh dengan izin Allah. Dan kesembuhan adalah bebasnya si pasien dari penyakit. Karena itu: “Kalau ada kecocokan antara obat dengan penyakit akan terjadi kesembuhan dengan izin Allah”.
Di dalam Shahih Bukhari-Muslim, hadits dariAbu al-Mutawakkil dari Abu Said al-Khudhary ra (maknanya):
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata : “Saudaraku mengeluh sakit pada perutnya”. Jawab Nabi : “Minumilah dia dengan madu!” Dia kemudian pergi dan balik lagi, berkata : “Telah saya beri minum dia dan tidak bermanfaat baginya”. Di dalam redaksi lainnya, tidak ada reaksi apa-apa kecuali banyak buang ari besar . . . dan berulang kali ini sampai dua atau tiga kali. Rasullah SAW bersabda : “Minumilah dia dengan madu!”, maka pada ketiga kalinya atau ke empat kalinya, Rasulullah SAW bersabda : “Maha Benar Allah dan telah bohong perut saudaramu!”.
Karena itu, kita berpendapat bahwa diulang-ulangnya pengobatan merupakan sebab kesembuhan.
Demikian juga, diagnose terhadap suatu penyakit merupakan hal yang sangat urgen, mengetahui tingkatan-tingkatannya dan sebab-sebabnya sangat penting sekali, agar dapat diterapkan pengobatan yang cocok. Tapi kita tahu pula, ada penyakit-penyakit yang membingungkan para dokter tengtang pengobatan sampai sekarang ini. Namun sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka untuk penyakit-penyakit yang sukar diobatai itupun tentu ada obatnya, jika terus menerus kita menyelidiki obatnya, Insya Allah akan ketemu obatnya.
Kita lihat sabda Nabi SAW :
ان الله لم ينزل داء الا انزل له شفاء, علمه من علمه وجهله من جهله.
“Sesungguhnya Allah jika menurunkan suatu penyakit, tentu menurunkan pula obatnya. Diketahui oleh orang yang mengetahuinya”.
Kita para dokter wajib menjadikan pengetahuan dan keterampilah sebagai pegangan kita, hendaknya kita mendengarkan keluhan pasien dengan benar-benar, memeriksanya dengan teliti, kemudian menetapkan apa yang menjadi penyakitnya itu secara tepat pula sehingga dapat berkecocokan antara obat dengan penyakit, dan mengakibatkan kesembuhan, jangan lupa firman Allah :
ومااوتيتم من العلم الا قليلا . (الاسراء : ۸۵)
“…tidaklah Aku berikan ilmu pengetahuan kepada kamu sekalian kecuali sedikit”. (Al-Isra’ : 85)
Firman Allah SWT :
علم الانسان مالم يعلم . (العلق : ۵)
“Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-‘Alaq : 5)
Sebagaimana kita wajib untuk selalu berdoa kepada allah agar dilimpahkan kepada kita kenikmatan pengetahuan dan ilmu.
اللهم انى اعوذوبك من علم لاينفع.
“Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat . . .”
Ilmu kedokteran, mempelajarinya adalah ibadah. Mengetahuinya adalah takwa dan amanah. Karena itu keterampilan (keahlian) dalam kedokteran adalah merupakan keharusan. Dan dokter yang terampil, dialah yang Allah memberikan kesembuhan melalui tangannya.
Seorang dokter haruslah memiliki hati yang khusu’ penuh kasih sayang kepada pasiennya sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan padanya dan menciptakan kesembuhan melalui tangannya. Dan selalu pedomannya adalah :
وقل رب زدنى علما.
“Dan katakanlah : Tuhanku tambahkanlah padaku ilmu pengetahuan!”.
Dan sabda Rasul :
اطلبوا العلم ولوبالصين. وان الملائكة لتضع اجنحتها لطالب العلم.
“Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina!” dan “Malaikat akan membentangkan sayapnya bagi orang yang mencari ilmu”.
Majlis-majlis ilmu dikelilingi oleh malaikat sebagaimana diriwayatkan :
مااجتمع قوم فى بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم الا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الحمة وحفتهم الملا ئكة.
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitab Allah dan mempelajarinya, maka Allah akan menurunkan ketenangan kepada mereka dan melimpahkan rahma kepada mereka, sedangkan malaikat mengelilingi mereka”.
Karena kita wajib bergairah untuk menuntut ilmu. Dan harus pula sifat rahmat memenuhi hati kita. Dan hendaknya pula keterampilan menjadi dasar penyelidikan kita, diagnose kita dan pengobatan kita, agar bertemu penyakit dan obat dalam satu kecocokan, dalam waktu yang tepat pula, serta dosis yang pas sehingga Allah member anugerah kepada kita semua berupa kesembuhan para pasien melalui tangan kita dengan izin Allah.

0 comments:

Post a Comment

Kritik dan saran untuk kebaikan dan penyempurnaan