Sunday 29 January 2012

KITA…. DAN PENGOBATAN CARA NABI


Kita mengetahui dengan sebenarnya bahwa akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat. Kesehatan jasmanilah akan terjaga dengan member santapan makanan minuman yang sehat, juga penjagaan dari pelbagai penyakit dan kita para dokter percaya dengan sepenuh-penuhnya percaya bahwa penjagaan lebih baik daripada pengobatan, karena itu menjaga diri dari pelbagai penyakit yang aneka ragam, adalah jalan yang terbaik untuk kesehatan badan dan melindunginya dari pelbagai penyakit. Kita mendapatkan anjuran untuk pemeliharaan diri dari pelbagai penyakit kulit dan perut besar (lambung), pada “Kebersihan sebagian dari iman”, dengan wudlu lima kali sehari, mandi jum’at dan mandi junub, sedangkan untuk pemeliharaan dari penyakit-penyakit kelamin, Allah berfirman :
ولا تقربوا الزنى . (الاسراء :٣٢)
“Dan janganlah kau dekati zina . . .”
Sedang untuk menjaga diri dari penyakit gigi,telah diriwayatkan dari hadits Bukhari-Muslim, Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لولا ان اشق على امتى لأمر تهم بلسوال عند كل صلاة.
“Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan untuk bersiwak pada setiap kali shalat”
Di dalam “Zadul Ma’ad” diberitakan bahwa Rasulullah SAW berwudlu untuk setiap kali shalat pada sebagian besar dalam hidupnya, dan kadang-kadang saja shalat dengan satu wudlu untuk beberapa kali shalat.
Dalam hal pencegahan dari penyakit-penyakit pada alat pencernaan Allah berfirman “
يايها الذين امنوا اذاقيل لكم تفسحوا فى المجلس فافسحوا يفسح الله لكم (المجادلة :١١)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan kepadamu”
Demikian juga dalam hal penjagaan terhadap kegemukan dan apa-apa yang mendatangkan komplikasi-komplikasi penyakit.
Berfirman Allah SWT
يابنى ادم خذوازينتكم عند كل مسجد وكلواواشربوا ولاتسرفوا انه لايحب المسرفين. (الاعراف :۳۱)
“Hai Anak Adam! Pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki Masjid), makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang –orang yang berlebih-lebihan”. (Al-A’raf : 31).
Rasulullah bersabda
المعدة بيت الداء والحية رأس الدواء
“Perut besar adalah rumah segala penyakit, sedangkan penjagaan adalah sebaik-baik obat”
Di dalam Musnad, dan di tempat lain, diberitakan bahwa Rasulullah SAW bersabda (artinya): “Sungguh Bani Adam berlebihan dalam memenuhi isi perutnya, sebenarnya cukuplah bagi Bani Adam itu sekedar penyangga tulang rusuknya, seandainya terpapksa harus memenuhinya, maka sepertiga makanannya, sepertiga minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya.”
Dalam konteks ini kita ingatkan ada kisah Muqauqis - Raja Mesir – memberikan hadiah kepada Nabi SAW., berupa seorang dokter, di mana dokter ini beberapa lama tinggal di Madinah al-Munawwarah tanpa ada kerja suatu apapun, tidak seorang pun mengadu kepadanya mengaku sakit, dan dokter ini merasa bingung karena tidak ada pasien seorangpun, maka ia mengahadap Nabi SAW dan bertanya “Telah lama saya tinggal bersama tuan-tuan, tetapi tidak seorang pun pasien yang datang”
Ketika itulah Rasulullah SAW menjawab:
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع, واذا اكلنالانشبع
“Kita adalah satu kamu yang tidak makan sebelum lapar …dan apabila kamu makan tidak sampai kenyang”.
Rasulullah adalah contoh yang baik dalam hal makanan dan minuman beliau, kita juga dianjurkan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang baik dalam makanan yang sehat dan Rasulullah SAW adalah contoh yang agung dalam petunjuk cara pengobatan, demikian juga dalam menjaga diri dari pelbagai penyakit, dan berobat dengan makanan, dengan tumbuh-tumbuhan, dan obat-obatan alamiah (tradisional), atau dicampur antara keduanya, juga dengan pembedahan. Tidaklah pernah ada dalam petunjuk Rasulullah SAW atau petunjuk para sahabat tentang pemakaian obat-obatan secara berganda (kombinatif) seperti dalam/oada farmakologi barat, tapi sebagian besar dari pengobatannya dengan pengobatan cara tunggal (sederhana), mungkin seja ada orang yang menambah-nambah dalam hal pengobatan cara Nabi. Cara demikian ini adalah cara pengobatan yang banyak dipakai orang Arab, Turki, India dan Kaum Badui. Dan telah sepakat para dokter, apabila pengobatan dimungkinkan dengan makanan, maka tidak perlu kepada obat-obatan. Dan apabila dimungkinkan pula dengan cara sederhana, maka tidak perlu lagi dengan cara yang berganda.
Mereka berkata: “Setiap penyakit dapat ditolak dengan makanan dan pencegahan, maka tidak perlu lagi kepada obat-obatan”.
Mereka berkata pula : “Bagi dokter, tidak harus mengobati pasien-pasiennya dengan obat-obatan, sebab setiap obat akan ada egek sampingnya bagi tubuh, bahkan bias melukai bagian-bagian tubuh yang masih sehat”.
Tidak diragukan lagi, bahwa kita mengetahui dengan sebenar-benarnya mengetahui, bahwa setiap obat selalu mengundang komplikasi dan efek samping-sekalipun dikatakan bahwa suatu obat bebas dari efek samping . . . itu mungkin buat pertama kalli, tapi jika terus dipakai akan tampak jelas bagi kita adannya efek-efek sampingnya itu, di mana contoh-contoh obat-obatan semacam ini banyak sekali.
Dari percobaan-percobaan yang dilakukan para dokter, kebanyakan ingin mencoba pengobatan secara sederhana ini kita lihat misalnya :
Sesungguhnya obat-obatan itu berkaitan dengan makanan-makanan. Maka suatu bangsa atau sekelompok manusia yang memiliki kebiasaan makan dengan makanan-makanan yang sederhana, penyakit mereka juga sedikit dan pengobatannya dengan secara sederhana (mudah) pula. Sedangakan bagi orang kota, di mana kebanyakan dari mereka makan dengan makanan yang aneka rupa, memerlukan cara pengobatan yang aneka macam pula. Maka obat-obatan yanganeka macam itu bermanfaat dalam masyarakat model begini. Sedangkan penyakit-penyakit orang Badui dan orang yang tinggal di padang pasir tidak banyak ragamnya, maka cukup pengobannya dengan cara sederhana pula.
Bersabda Rasulullah SAW.
لكل داء دواء. فإذا أصاب دواء لداء, برأبإذم الله عزوجل.
“Setiap penyakit dan obatanya, maka apabila obat itu cocok untuk suatu penyakit, akan sembuh dengan izin Allah ‘azza wa jalla”.
ماانزل الله من داء, الاانزل له شفاء
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, yang diketahui oleh yang mengetahui, dan tidak diketahui oleh yang tidak mengetahui”.
Di dalam Musnad, dari Hadits Ibnu Mas’ud. Untuk itu Rasulullah SAW memberi komentar :
الشفاء عل؉ مصادقة الدواء للداء
“Kesembuhan, bila terjadi kecocokan obat dengan penyakit”.
Telah diriwayatkan dalam atsar Bani Israil, bahwa Nabi Ibrahim al-Khalil As, pernah berkata : “Ya Tuhan! Dari manakah datangnya penyakit?” Jawab-Nya: “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim : “Dari mana pula datangnya obat?” Jawab-Nya : “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim AS: “Lantas bagaimana dengan dokternya?” Jawab-Nya: “Orang yang telah diberi Allah obat dalam tangannya”. (Zadul Ma’ad hal.68).
Kita mengetahui bahwa penemuan penicillin tahun 1928, merupakan penemuan ilmiah yang mampu merombah besar-besaran cara pengobatan pelbagai penyakit, penicillin itu dibuat dengan cara menfermentasikan jamur. Kita juga tidak melupakan bahwa serum (darah) yang dipakai sebagai baksinasi terhadap penyakit-penyakit, justru terbuat dari penyakit itu sendiri, seperti cacar. Dan serum yang dipakai vaksinasi terhadap diphtheria dan virus hepatitis B dan lain-lain serum untuk pencegahan, adalah bacteria atau virus-virus yang telah lenyap karakteristiknya yang menyebabkan penularan dan infeksi, kemudian dioleh menjadi obat-obatan buatan untuk mencegah pelbagai penyakit, dan ternyata berhasil dengan cara ini. Dan menurut keyakinan saya – berdasarkan dengan kaidah ini – yaitu vaksinasi dengan penyakit untuk melindungi penyakit, adalah mahkota pertama bagi manusia untuk melindungi dirinya dari penyakit-penyakit. Karena jika Nampak pada kulitnya adanya luka ringan dan pindahnya basil dengan cara yang sedikit sekali sudah dapat menguatkan imunitasnya dan menjaganya dari tertimpa penyakit, sama saja apakah penyakit itu disebabkan oleh bacteria atau virus-virus yang banyak ragamnya.
Banyak sekali ternyata, bahwa obat itu didapat dari penyebab penyakit, hingga (dalam Bahasa Arab), kata obat (dawaaun) merupakan kelipatan dari penyakit (daaun).
Setiap penyakit tentu ada obatnya. Misalnya penyakit liver (hati), bukanlah satu macam saja. Tetapi banyak sekali jenisnya dan macamnya. Antara lain : peradangan pada liver yang sudah kronis (hepatitis kronis), perlemakan pada liver, di mana penyakit – penyakit itu bias tumpang tindih pada liver. Misalnya hepatitis kronis, juga macam-macam, antara lain : hepatitis kronis yang pasif, dan hepatitis kronis yang aktif. Demikian juga setiap macam penyakit akan berbeda cara pengobatannya, tergantung tingkat penyakit dan sebab-sebabnya, dan tergantung kadanr penyakit itu sendiri . . . kadang-kadang pengobatan itu membawa manfaat dan kadang-kadang tidak, sekalipun penyakit itu dari tingkatan dan jenis yang sama.
Misalnya pula, hepatitis yang sudah kronis dan aktif berbeda pula cara pengobatannya, tergantung tingkatannya, apakah sederhana atau sudah parah. Dan berbeda pula sebab-sebabnya, maka hepatitis kronis aktif yang disebabkan oleh zat-zat kimiawi, tentu berbeda pengobatannya dengan yang disebabkan oleh virus hepatitis, demikian juga yang disebabkan oleh virus hepatitis akan berbeda pula, tergantung kepada keadaan si sakit, apakah dia termasuk pembawa (carrier) atau bukan. Seperti telah kita sebutkan juga perbedaan pada pasien itu sendiri, maka pasien yang menderita penyakit gula (diabetes mellitus) akan berbeda pula pengobatannya dengan yang tidak menderita penyakit gula.
Karena itu, untuk memilih cara penyembuhan yang tepat, harus berpijak pada hakikat penyakit, tingkatannya dan sebabnya, dan memilih waktu yang tepat untuk penyembuhannya agar dapat sembuh dengan izin Allah. Dan kesembuhan adalah bebasnya si pasien dari penyakit. Karena itu: “Kalau ada kecocokan antara obat dengan penyakit akan terjadi kesembuhan dengan izin Allah”. 

0 comments:

Post a Comment

Kritik dan saran untuk kebaikan dan penyempurnaan