This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, 29 January 2012

KITA…. DAN PENGOBATAN CARA NABI


Telah diriwayatkan dalam atsar Bani Israil, bahwa Nabi Ibrahim al-Khalil As, pernah berkata : “Ya Tuhan! Dari manakah datangnya penyakit?” Jawab-Nya: “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim : “Dari mana pula datangnya obat?” Jawab-Nya : “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim AS: “Lantas bagaimana dengan dokternya?” Jawab-Nya: “Orang yang telah diberi Allah obat dalam tangannya”. (Zadul Ma’ad hal.68).
Kita mengetahui bahwa penemuan penicillin tahun 1928, merupakan penemuan ilmiah yang mampu merombah besar-besaran cara pengobatan pelbagai penyakit, penicillin itu dibuat dengan cara menfermentasikan jamur. Kita juga tidak melupakan bahwa serum (darah) yang dipakai sebagai baksinasi terhadap penyakit-penyakit, justru terbuat dari penyakit itu sendiri, seperti cacar. Dan serum yang dipakai vaksinasi terhadap diphtheria dan virus hepatitis B dan lain-lain serum untuk pencegahan, adalah bacteria atau virus-virus yang telah lenyap karakteristiknya yang menyebabkan penularan dan infeksi, kemudian dioleh menjadi obat-obatan buatan untuk mencegah pelbagai penyakit, dan ternyata berhasil dengan cara ini. Dan menurut keyakinan saya – berdasarkan dengan kaidah ini – yaitu vaksinasi dengan penyakit untuk melindungi penyakit, adalah mahkota pertama bagi manusia untuk melindungi dirinya dari penyakit-penyakit. Karena jika Nampak pada kulitnya adanya luka ringan dan pindahnya basil dengan cara yang sedikit sekali sudah dapat menguatkan imunitasnya dan menjaganya dari tertimpa penyakit, sama saja apakah penyakit itu disebabkan oleh bacteria atau virus-virus yang banyak ragamnya.
Banyak sekali ternyata, bahwa obat itu didapat dari penyebab penyakit, hingga (dalam Bahasa Arab), kata obat (dawaaun) merupakan kelipatan dari penyakit (daaun).
Setiap penyakit tentu ada obatnya. Misalnya penyakit liver (hati), bukanlah satu macam saja. Tetapi banyak sekali jenisnya dan macamnya. Antara lain : peradangan pada liver yang sudah kronis (hepatitis kronis), perlemakan pada liver, di mana penyakit – penyakit itu bias tumpang tindih pada liver. Misalnya hepatitis kronis, juga macam-macam, antara lain : hepatitis kronis yang pasif, dan hepatitis kronis yang aktif. Demikian juga setiap macam penyakit akan berbeda cara pengobatannya, tergantung tingkat penyakit dan sebab-sebabnya, dan tergantung kadanr penyakit itu sendiri . . . kadang-kadang pengobatan itu membawa manfaat dan kadang-kadang tidak, sekalipun penyakit itu dari tingkatan dan jenis yang sama.
Misalnya pula, hepatitis yang sudah kronis dan aktif berbeda pula cara pengobatannya, tergantung tingkatannya, apakah sederhana atau sudah parah. Dan berbeda pula sebab-sebabnya, maka hepatitis kronis aktif yang disebabkan oleh zat-zat kimiawi, tentu berbeda pengobatannya dengan yang disebabkan oleh virus hepatitis, demikian juga yang disebabkan oleh virus hepatitis akan berbeda pula, tergantung kepada keadaan si sakit, apakah dia termasuk pembawa (carrier) atau bukan. Seperti telah kita sebutkan juga perbedaan pada pasien itu sendiri, maka pasien yang menderita penyakit gula (diabetes mellitus) akan berbeda pula pengobatannya dengan yang tidak menderita penyakit gula.
Karena itu, untuk memilih cara penyembuhan yang tepat, harus berpijak pada hakikat penyakit, tingkatannya dan sebabnya, dan memilih waktu yang tepat untuk penyembuhannya agar dapat sembuh dengan izin Allah. Dan kesembuhan adalah bebasnya si pasien dari penyakit. Karena itu: “Kalau ada kecocokan antara obat dengan penyakit akan terjadi kesembuhan dengan izin Allah”.
Di dalam Shahih Bukhari-Muslim, hadits dariAbu al-Mutawakkil dari Abu Said al-Khudhary ra (maknanya):
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata : “Saudaraku mengeluh sakit pada perutnya”. Jawab Nabi : “Minumilah dia dengan madu!” Dia kemudian pergi dan balik lagi, berkata : “Telah saya beri minum dia dan tidak bermanfaat baginya”. Di dalam redaksi lainnya, tidak ada reaksi apa-apa kecuali banyak buang ari besar . . . dan berulang kali ini sampai dua atau tiga kali. Rasullah SAW bersabda : “Minumilah dia dengan madu!”, maka pada ketiga kalinya atau ke empat kalinya, Rasulullah SAW bersabda : “Maha Benar Allah dan telah bohong perut saudaramu!”.
Karena itu, kita berpendapat bahwa diulang-ulangnya pengobatan merupakan sebab kesembuhan.
Demikian juga, diagnose terhadap suatu penyakit merupakan hal yang sangat urgen, mengetahui tingkatan-tingkatannya dan sebab-sebabnya sangat penting sekali, agar dapat diterapkan pengobatan yang cocok. Tapi kita tahu pula, ada penyakit-penyakit yang membingungkan para dokter tengtang pengobatan sampai sekarang ini. Namun sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka untuk penyakit-penyakit yang sukar diobatai itupun tentu ada obatnya, jika terus menerus kita menyelidiki obatnya, Insya Allah akan ketemu obatnya.
Kita lihat sabda Nabi SAW :
ان الله لم ينزل داء الا انزل له شفاء, علمه من علمه وجهله من جهله.
“Sesungguhnya Allah jika menurunkan suatu penyakit, tentu menurunkan pula obatnya. Diketahui oleh orang yang mengetahuinya”.
Kita para dokter wajib menjadikan pengetahuan dan keterampilah sebagai pegangan kita, hendaknya kita mendengarkan keluhan pasien dengan benar-benar, memeriksanya dengan teliti, kemudian menetapkan apa yang menjadi penyakitnya itu secara tepat pula sehingga dapat berkecocokan antara obat dengan penyakit, dan mengakibatkan kesembuhan, jangan lupa firman Allah :
ومااوتيتم من العلم الا قليلا . (الاسراء : ۸۵)
“…tidaklah Aku berikan ilmu pengetahuan kepada kamu sekalian kecuali sedikit”. (Al-Isra’ : 85)
Firman Allah SWT :
علم الانسان مالم يعلم . (العلق : ۵)
“Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-‘Alaq : 5)
Sebagaimana kita wajib untuk selalu berdoa kepada allah agar dilimpahkan kepada kita kenikmatan pengetahuan dan ilmu.
اللهم انى اعوذوبك من علم لاينفع.
“Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat . . .”
Ilmu kedokteran, mempelajarinya adalah ibadah. Mengetahuinya adalah takwa dan amanah. Karena itu keterampilan (keahlian) dalam kedokteran adalah merupakan keharusan. Dan dokter yang terampil, dialah yang Allah memberikan kesembuhan melalui tangannya.
Seorang dokter haruslah memiliki hati yang khusu’ penuh kasih sayang kepada pasiennya sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan padanya dan menciptakan kesembuhan melalui tangannya. Dan selalu pedomannya adalah :
وقل رب زدنى علما.
“Dan katakanlah : Tuhanku tambahkanlah padaku ilmu pengetahuan!”.
Dan sabda Rasul :
اطلبوا العلم ولوبالصين. وان الملائكة لتضع اجنحتها لطالب العلم.
“Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina!” dan “Malaikat akan membentangkan sayapnya bagi orang yang mencari ilmu”.
Majlis-majlis ilmu dikelilingi oleh malaikat sebagaimana diriwayatkan :
مااجتمع قوم فى بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم الا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الحمة وحفتهم الملا ئكة.
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitab Allah dan mempelajarinya, maka Allah akan menurunkan ketenangan kepada mereka dan melimpahkan rahma kepada mereka, sedangkan malaikat mengelilingi mereka”.
Karena kita wajib bergairah untuk menuntut ilmu. Dan harus pula sifat rahmat memenuhi hati kita. Dan hendaknya pula keterampilan menjadi dasar penyelidikan kita, diagnose kita dan pengobatan kita, agar bertemu penyakit dan obat dalam satu kecocokan, dalam waktu yang tepat pula, serta dosis yang pas sehingga Allah member anugerah kepada kita semua berupa kesembuhan para pasien melalui tangan kita dengan izin Allah.

KITA…. DAN PENGOBATAN CARA NABI


Kita mengetahui dengan sebenarnya bahwa akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat. Kesehatan jasmanilah akan terjaga dengan member santapan makanan minuman yang sehat, juga penjagaan dari pelbagai penyakit dan kita para dokter percaya dengan sepenuh-penuhnya percaya bahwa penjagaan lebih baik daripada pengobatan, karena itu menjaga diri dari pelbagai penyakit yang aneka ragam, adalah jalan yang terbaik untuk kesehatan badan dan melindunginya dari pelbagai penyakit. Kita mendapatkan anjuran untuk pemeliharaan diri dari pelbagai penyakit kulit dan perut besar (lambung), pada “Kebersihan sebagian dari iman”, dengan wudlu lima kali sehari, mandi jum’at dan mandi junub, sedangkan untuk pemeliharaan dari penyakit-penyakit kelamin, Allah berfirman :
ولا تقربوا الزنى . (الاسراء :٣٢)
“Dan janganlah kau dekati zina . . .”
Sedang untuk menjaga diri dari penyakit gigi,telah diriwayatkan dari hadits Bukhari-Muslim, Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لولا ان اشق على امتى لأمر تهم بلسوال عند كل صلاة.
“Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan untuk bersiwak pada setiap kali shalat”
Di dalam “Zadul Ma’ad” diberitakan bahwa Rasulullah SAW berwudlu untuk setiap kali shalat pada sebagian besar dalam hidupnya, dan kadang-kadang saja shalat dengan satu wudlu untuk beberapa kali shalat.
Dalam hal pencegahan dari penyakit-penyakit pada alat pencernaan Allah berfirman “
يايها الذين امنوا اذاقيل لكم تفسحوا فى المجلس فافسحوا يفسح الله لكم (المجادلة :١١)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan kepadamu”
Demikian juga dalam hal penjagaan terhadap kegemukan dan apa-apa yang mendatangkan komplikasi-komplikasi penyakit.
Berfirman Allah SWT
يابنى ادم خذوازينتكم عند كل مسجد وكلواواشربوا ولاتسرفوا انه لايحب المسرفين. (الاعراف :۳۱)
“Hai Anak Adam! Pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki Masjid), makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang –orang yang berlebih-lebihan”. (Al-A’raf : 31).
Rasulullah bersabda
المعدة بيت الداء والحية رأس الدواء
“Perut besar adalah rumah segala penyakit, sedangkan penjagaan adalah sebaik-baik obat”
Di dalam Musnad, dan di tempat lain, diberitakan bahwa Rasulullah SAW bersabda (artinya): “Sungguh Bani Adam berlebihan dalam memenuhi isi perutnya, sebenarnya cukuplah bagi Bani Adam itu sekedar penyangga tulang rusuknya, seandainya terpapksa harus memenuhinya, maka sepertiga makanannya, sepertiga minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya.”
Dalam konteks ini kita ingatkan ada kisah Muqauqis - Raja Mesir – memberikan hadiah kepada Nabi SAW., berupa seorang dokter, di mana dokter ini beberapa lama tinggal di Madinah al-Munawwarah tanpa ada kerja suatu apapun, tidak seorang pun mengadu kepadanya mengaku sakit, dan dokter ini merasa bingung karena tidak ada pasien seorangpun, maka ia mengahadap Nabi SAW dan bertanya “Telah lama saya tinggal bersama tuan-tuan, tetapi tidak seorang pun pasien yang datang”
Ketika itulah Rasulullah SAW menjawab:
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع, واذا اكلنالانشبع
“Kita adalah satu kamu yang tidak makan sebelum lapar …dan apabila kamu makan tidak sampai kenyang”.
Rasulullah adalah contoh yang baik dalam hal makanan dan minuman beliau, kita juga dianjurkan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang baik dalam makanan yang sehat dan Rasulullah SAW adalah contoh yang agung dalam petunjuk cara pengobatan, demikian juga dalam menjaga diri dari pelbagai penyakit, dan berobat dengan makanan, dengan tumbuh-tumbuhan, dan obat-obatan alamiah (tradisional), atau dicampur antara keduanya, juga dengan pembedahan. Tidaklah pernah ada dalam petunjuk Rasulullah SAW atau petunjuk para sahabat tentang pemakaian obat-obatan secara berganda (kombinatif) seperti dalam/oada farmakologi barat, tapi sebagian besar dari pengobatannya dengan pengobatan cara tunggal (sederhana), mungkin seja ada orang yang menambah-nambah dalam hal pengobatan cara Nabi. Cara demikian ini adalah cara pengobatan yang banyak dipakai orang Arab, Turki, India dan Kaum Badui. Dan telah sepakat para dokter, apabila pengobatan dimungkinkan dengan makanan, maka tidak perlu kepada obat-obatan. Dan apabila dimungkinkan pula dengan cara sederhana, maka tidak perlu lagi dengan cara yang berganda.
Mereka berkata: “Setiap penyakit dapat ditolak dengan makanan dan pencegahan, maka tidak perlu lagi kepada obat-obatan”.
Mereka berkata pula : “Bagi dokter, tidak harus mengobati pasien-pasiennya dengan obat-obatan, sebab setiap obat akan ada egek sampingnya bagi tubuh, bahkan bias melukai bagian-bagian tubuh yang masih sehat”.
Tidak diragukan lagi, bahwa kita mengetahui dengan sebenar-benarnya mengetahui, bahwa setiap obat selalu mengundang komplikasi dan efek samping-sekalipun dikatakan bahwa suatu obat bebas dari efek samping . . . itu mungkin buat pertama kalli, tapi jika terus dipakai akan tampak jelas bagi kita adannya efek-efek sampingnya itu, di mana contoh-contoh obat-obatan semacam ini banyak sekali.
Dari percobaan-percobaan yang dilakukan para dokter, kebanyakan ingin mencoba pengobatan secara sederhana ini kita lihat misalnya :
Sesungguhnya obat-obatan itu berkaitan dengan makanan-makanan. Maka suatu bangsa atau sekelompok manusia yang memiliki kebiasaan makan dengan makanan-makanan yang sederhana, penyakit mereka juga sedikit dan pengobatannya dengan secara sederhana (mudah) pula. Sedangakan bagi orang kota, di mana kebanyakan dari mereka makan dengan makanan yang aneka rupa, memerlukan cara pengobatan yang aneka macam pula. Maka obat-obatan yanganeka macam itu bermanfaat dalam masyarakat model begini. Sedangkan penyakit-penyakit orang Badui dan orang yang tinggal di padang pasir tidak banyak ragamnya, maka cukup pengobannya dengan cara sederhana pula.
Bersabda Rasulullah SAW.
لكل داء دواء. فإذا أصاب دواء لداء, برأبإذم الله عزوجل.
“Setiap penyakit dan obatanya, maka apabila obat itu cocok untuk suatu penyakit, akan sembuh dengan izin Allah ‘azza wa jalla”.
ماانزل الله من داء, الاانزل له شفاء
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, yang diketahui oleh yang mengetahui, dan tidak diketahui oleh yang tidak mengetahui”.
Di dalam Musnad, dari Hadits Ibnu Mas’ud. Untuk itu Rasulullah SAW memberi komentar :
الشفاء عل؉ مصادقة الدواء للداء
“Kesembuhan, bila terjadi kecocokan obat dengan penyakit”.
Telah diriwayatkan dalam atsar Bani Israil, bahwa Nabi Ibrahim al-Khalil As, pernah berkata : “Ya Tuhan! Dari manakah datangnya penyakit?” Jawab-Nya: “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim : “Dari mana pula datangnya obat?” Jawab-Nya : “Dari-Ku”. Berkata Ibrahim AS: “Lantas bagaimana dengan dokternya?” Jawab-Nya: “Orang yang telah diberi Allah obat dalam tangannya”. (Zadul Ma’ad hal.68).
Kita mengetahui bahwa penemuan penicillin tahun 1928, merupakan penemuan ilmiah yang mampu merombah besar-besaran cara pengobatan pelbagai penyakit, penicillin itu dibuat dengan cara menfermentasikan jamur. Kita juga tidak melupakan bahwa serum (darah) yang dipakai sebagai baksinasi terhadap penyakit-penyakit, justru terbuat dari penyakit itu sendiri, seperti cacar. Dan serum yang dipakai vaksinasi terhadap diphtheria dan virus hepatitis B dan lain-lain serum untuk pencegahan, adalah bacteria atau virus-virus yang telah lenyap karakteristiknya yang menyebabkan penularan dan infeksi, kemudian dioleh menjadi obat-obatan buatan untuk mencegah pelbagai penyakit, dan ternyata berhasil dengan cara ini. Dan menurut keyakinan saya – berdasarkan dengan kaidah ini – yaitu vaksinasi dengan penyakit untuk melindungi penyakit, adalah mahkota pertama bagi manusia untuk melindungi dirinya dari penyakit-penyakit. Karena jika Nampak pada kulitnya adanya luka ringan dan pindahnya basil dengan cara yang sedikit sekali sudah dapat menguatkan imunitasnya dan menjaganya dari tertimpa penyakit, sama saja apakah penyakit itu disebabkan oleh bacteria atau virus-virus yang banyak ragamnya.
Banyak sekali ternyata, bahwa obat itu didapat dari penyebab penyakit, hingga (dalam Bahasa Arab), kata obat (dawaaun) merupakan kelipatan dari penyakit (daaun).
Setiap penyakit tentu ada obatnya. Misalnya penyakit liver (hati), bukanlah satu macam saja. Tetapi banyak sekali jenisnya dan macamnya. Antara lain : peradangan pada liver yang sudah kronis (hepatitis kronis), perlemakan pada liver, di mana penyakit – penyakit itu bias tumpang tindih pada liver. Misalnya hepatitis kronis, juga macam-macam, antara lain : hepatitis kronis yang pasif, dan hepatitis kronis yang aktif. Demikian juga setiap macam penyakit akan berbeda cara pengobatannya, tergantung tingkat penyakit dan sebab-sebabnya, dan tergantung kadanr penyakit itu sendiri . . . kadang-kadang pengobatan itu membawa manfaat dan kadang-kadang tidak, sekalipun penyakit itu dari tingkatan dan jenis yang sama.
Misalnya pula, hepatitis yang sudah kronis dan aktif berbeda pula cara pengobatannya, tergantung tingkatannya, apakah sederhana atau sudah parah. Dan berbeda pula sebab-sebabnya, maka hepatitis kronis aktif yang disebabkan oleh zat-zat kimiawi, tentu berbeda pengobatannya dengan yang disebabkan oleh virus hepatitis, demikian juga yang disebabkan oleh virus hepatitis akan berbeda pula, tergantung kepada keadaan si sakit, apakah dia termasuk pembawa (carrier) atau bukan. Seperti telah kita sebutkan juga perbedaan pada pasien itu sendiri, maka pasien yang menderita penyakit gula (diabetes mellitus) akan berbeda pula pengobatannya dengan yang tidak menderita penyakit gula.
Karena itu, untuk memilih cara penyembuhan yang tepat, harus berpijak pada hakikat penyakit, tingkatannya dan sebabnya, dan memilih waktu yang tepat untuk penyembuhannya agar dapat sembuh dengan izin Allah. Dan kesembuhan adalah bebasnya si pasien dari penyakit. Karena itu: “Kalau ada kecocokan antara obat dengan penyakit akan terjadi kesembuhan dengan izin Allah”. 

PENGOBATAN CARA NABI


بسم الله الرحمن الرحيم
Allah berfirman :
ومااتكم الرسول فخذوه ومانهكم عنه فانتهوا....(الحشر :٧)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah….”(Al-Hasyr 7)
Berfirman ‘Azza wa jalla :
قل انما انابشر مثلكم يو حى الى .....(الكهف :١١٠)
“Katakan : Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diberikan wahyu kepadamu : (Al-Kahfi :110)
Maka Allah SWT :
وما ينطق عن الهوى. ان هو الا وحى يوحى.  (النجم :٣–٤)
“….dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapanya itu tiada hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (An-Najm :3-4)
Maka apabila Rasul berbicara, adalah wahyu dari Allah, apabila beliau diam juga atas perintah Allah, apabila berbuat sesuatu, atas izin dari Allah, juga apabila melarang sesuatu atas perintah dari Allah. Jadi segala tindakan beliau atas dasar wahyu dari Allah, izin-Nya dan pengarahn-Nya. Dan tidaklah yang dimaksud dengan wahyu di sini hanya semata Al-Qur’an, telah bersabda Rasulullah SAW (maksudnya) :
“Telah diberikan kepadaku Al-Qur’an, diberikan pula sesuatu yang menyamainya”
Berfirman Allah SWT :
لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم. (التوبة :١٢٨)
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (At-Taubah : 128)
Telah menjadi kesepakatan para dokter pula, jika seandainya pengobatan itu cukup dengan makanan, maka tidak diperlukan lagi obat-obatan lainnya. Inilah yang telah kami praktekkan bagi sebagian penderita penyakit dan alat pencernaan, dan telah banyak bukti pula, bangsa-bangsa yang akan dengan makanan-makanan yang sederhana, memudahkan pencernaan, gampang penyembuhannya dengan cara sederhana. Tetapi bangsa-bangsa yang maka dengan makanan-makanan yang banyak ragamnya seperti kita (Bansa Mesir-Pen), segalam makanan yang direbus, digoreng, dipanggang, ditambah lagi manis-manisan aneka rupa, maka tidak akan bermanfaat dengan cara pengobatan yang sederhana, tetapi memerlukan obat yang beraneka ragam, kecuali kalau menuruti makanan yang sederhana dalam pengolahan maupun jumlahnya.
Dokterlah yang mendiagnosa penyakit dan mengetahui secara mendetail, kemudian memberikan keterangan tentang cara penyembuhan yang sesuai. Rasulullah bersabda :
ان الله عزوجل لم ينزل داء الا انزل الله له شفاء. علمه من علمه وجهله من جهله.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidaklah menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak di ketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya”.
Karena itu tugas seorang dokter adalah memeriksa penyakit secara teliti dan menyediakan obat yang sesuai untuk penyakit tersebut. Dan yang penting, harus kita yakini sungguh-sungguh bahwa kesembuhan itu di tangan Allah.


PENGOBATAN CARA NABI


بسم الله الرحمن الرحيم
واذامرضت فهو يشفين
“Dan jika aku sakit, maka Dia yang menyembuhkan” (Asy-Syu’araa : 80)
Allah ‘Azza wa Jalla merasa perlu untuk merekap ungkapan kekasih-Nya –Ibrahim AS—ke dalam Kalam-Nya yang penuh hikmah seperti di atas. Dia ingin ajarkan suatu pernyataan dari lubuk hati seorang ‘abid-Nya yang paling dalam. Seorang yang –demi menegakkan kalimah Tauhid—telah menentang ayahnya tercinta, membekali istri dan anaknya dengan do’a mustajab di tanah Haram, siap untuk menyembelih anaknya sekalipun, dan bahkan tak bergeming ketika memasuki bara api namrud dang Thaghut..
Sehat itu makhluk, sakit itu makhluk, kuman itu makhluk, obat itu makhluk, dokter itu makhluk, dan organ-organ tubuh saya pun adalah makhluk, segalanya disandarkan kepada Sang Pencipta.
Jika iman sudah menghujam semacam ini, baik bagi pasien ataupun dokter, maka tak ada lagi dikotomi. Tak ada lagi benteng tinggi: ini urusan dunia dan itu urusan akhirat. Pandangan kaum sekularis yang dapat membawa kepada “split personality” ini, sudah harus dicampakkah jauh-jauh. Islam tidak hanya di Masjid. Qur’an tidak hanya di atas sajadah. Sunnah al-Muthahharah tidak hanya di pesantren.
Islam laik merambah ke pelosok-pelosok bumi. Al-Qur’an al-Mubarak dan sunnah al-Muthahharah pantas masuk ke relung-relung hidup kita yang paling dalam, yng paling perifer.
Nabi kita nan Bijak tak hanya mengajarkan shalat dan shaum, tetapi juga berekonomi, berpolitik, berbudaya, termasuk di dalamnya berbudaya sehat : jasmani, rohani, dan sosial. Allah Ta’ala dari ‘Arasy-Nya yang Agung telah lansung mengajarkannya kepada Mushthafa Sang Rasul.
Akibatnya adalah suatu kejanggalan, jika ada sementara orang yang berasumsi bahwa ilmu adalah bebas nilai. Urusan medis adalah rusan dunia. Tuhan telah di kunci di Masjid. Subhanallah.
Untuk menangkal kejahilan tersebut, Dia berkehendakuntuk menggerakkan hamba-hamba-Nya yang cerdas dan tulus, yang menumbuhkembangkan kembali khazanah Islam yang lama terpendam: Islamisasi Ilmu.
Arus jihad Islam ini sedemikian derasnya, sehingga dapat dikatakan bahwa tak seorang pun yang mampu membendungnya.
Itulah suatu gunungan harta karun yang melimpah, yang tak aka nada habisnya. Warisan juru selamat dunia dan akhirat itu kini dihidangkan kepada anda.
Seomoga kita dapat memetik hikmah di dalamnya. Amin

Dikutip dari buku yang di tulis oleh Dr. Endy Muhammad Astiwara
Dokter oada RS. Al-Islam Bandung


Wednesday, 25 January 2012

Menentukan Arah Qiblat dengan Bayangan Matahari

Perhatikan Gambar Berikut


Misalkan kita berada disebuah kota yang memiliki arah kiblat sebagaimana pada gambar. Pada saat matahari berada pada deklinasi tertentu pada jam tertentu di mana matahari tepat melintasi garis penghubung antara tempat ktia berada dengan kota Makkah, maka bayangan benda tegak lurus dengan bumi yang terbentuk pada saat itu apabila kita perpanjang akan berhimpit dengan garis penggubung arah kiblat. Dengan demikian pada saat itu semua benda yang tegak lurus dengan bumi bayangannya akan mengarah ke kiblat. Bayangan yang terbentuk setiap hari selalu berubah-ubah waktunya mengingat setiap hari deklinasi matahari (simpangan matahari dari garis katulistiwa) selalu berubah sejalan dengan peredaran bumi mengelilingi matahari. Bahkan pada waktu-waktu tertentu tidak membentuk bayangan arah kiblat apabila.
·         Deklinasi matahari lebih besar dari lintang kota Makkah (210 25’ LU)
·         Deklinasi samat atau ± 10 dari llintang kota pengamat. Kondisi semaca ini berarti saat matahari berkulminasi (Merpass) berhimpit atau hamper behimpit dengan titik zenith, sehingga tidak terbentuk bayangan atau bayangan terlalu pendek sehingga sulit mengukur garis yang tepat sejajar dengan garis arah kiblat.
·         Hasil akhir penghitungan bayangan arah kiblat menunjukkan bahwa saat itu matahari masih/sudah berada di bawah ufuk, karena jelas pada saat itu tidak ada bayangan matahari.
Untuk menghitung saat bayangan matahari sejajar dengan arah kiblat ini kita membutuhkan beberapa data yang meliputi:
·         Lintang (φ) dan bujur (λ) tempat pengamat.
·         Hasil penghitungan arah kiblat (Q) dari tempat pengamat.

·         Perata waktu (e) yang berl`ku hari itu.
·         Deklinasi Matahari (δ) pada hari itu.
·         Bujur waktu standar (ω)
Setiap kita memiliki data-data tersebut maka bayangan arah kiblat dapat kita hitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Jam = (C – λ + ω) / 15 + (12 – e)
Untuk menggunakan rumus tersebut kita membutuhkan data tentang “C”, yakni sudut waktu matahari saat melintasi garis hubung arah kiblat dari kota pengamat. Data tersebut dapat kita cari dengan menggunakan rumus.
Cos (C – P) = (Cos P tan δ)/tan φ
Pada rumus tersebut juga masih ada unsure sudut “P” yang harus kita cari dengan rumus :
Cotan P = tan Q sin φ
Selanjutnya marilah kita menghitung bayangan arah kiblat, misalnya pada tanggal 17 Agustus 2007 dari kota Malang, dengan data-data:
Lintang kota Malang                         = -70 59’ LS
Bujur Kota Malang                = 1120 36’ BT
Arah Kiblat dari Malang        = 650 47’
Deklinasi Matahari (δ)          = 130 33’ 21’’
Perata Waktu (e)                   = -4m 12dt
Apabila data sudah kita miliki$2C maka untuk penghitungannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Langkah Pertama mencari besar sudut bantu “P”
Cotan P   = tan 650 47’ sin – 70 59’’        = -00 18’ 31.65’’
    P          = tan-1 (1/-00 18’ 31.65’’)       = -720 50’23.09’’
b.       Langkah kedua mencari sudut waktu matahari “C”
Cos (C – P)          = (Cos -720 50’23.09’’ tan 130 33’ 21’’)/tan -70 59’
                            = - 00 30’ 26.08’’
C – P   = cos-1 -00 30’ 26.08’’                          = 1200 28’ 49.9’’
                C          = 1200 28’ 49.09’’ + (-720 50’ 23.09’’)           = 470 38’ 26.84’’
c.        Setelah diketahui sudut waktu matahari saat titik tengahnya melintasi garis hubung arah kiblat, maka langkah ketiga adalah mencari jam (saat) terjadinya bayangan arah kiblat.
Jam          = (470 38’ 26.84’’ – 1120 36’ + 105)/15 + (12 + 00 4’ 12’’)
                = 14 : 44 : 21.79
Dengan demikian pada tanggal 17 Agustus 2007 tepat pada pukul 14 : 44 : 21.79 semua bayangan benda yang tegak lurus dengan tanah di kota Malang, bila ditarik garis lurus kea rah barat akan menunjukkan arah kiblat yang sesungguhnya.

Mengukur Arah Kiblat


Setelah kita mengetahui hasil penghitngan arah kiblat dari suatu kota, maka tugas selanjutnya adalah mengukur arah yang tepat sesuai dengan penghitungan kita. Untuk menukur arah menggunakan hasil penghitungan yang cermat seperti tersebut di atas, diperlukan cara pengukuran yang cermat pula agar hasilnya bisa optiamal. Adapun cara-cara yang bisa kita lakukan untuk pengukuran ini antara lain :
1. Menggunakan Kompas Magnetis
2. Menggunakan Tongkat Istiwa’
3. Menggunakan bayangan matahari
4. Memanfaatkan Moment Matahari Berkulminasi (Merpass) tapat di atas Ka’bah
Dari keempat cara tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Kompas magnetis misalnya, benda ini relative mudah di dapat dimana saja. Cara penggunaannyapun relative mudah. Tetapi akurasi hasil yang diperoleh masih tergantung banyak factor. Sedangkan pada penggunaan tongkat istiwa’ hasil yang diperoleh relative lebih akurat, asal pengukurannya cermat. Tetapi cara pengukuran semacam ini sangat tergantung pada cuaca dan harus dilakukan pada siang hari ketika cahaya matahari cerah, serta butuh waktu yang relative lebih lama. Penggunaan theodolite sebagai alat pengukur arah, memang menjanjikan hasil yang sangat akurat. Tetapi alat ini relative tidak mudah di dapat dan juga tergantung data astronomis serta kecerahan cahaya matahari. Pemanfaatan bayangan matahari serta moment matahari berkulminasi di atas kota Makkah, juga mengandung unsuk kelebihan dan kekuranga. Selengkapnya marilah kita membahas satu persatu kelima cara tersebut dalam pengukuran arah kiblat.
1. Penggunaan Kompas Magnetis
Kompas magnetis adalah sebuah alat yang memanfaat kan sifat-sifat logam bermuatan magnet. Sebagaimana diketahui bahwa di seluruh kulit (baca : permukaan) bumi ini diliputi dengan electron bebas. Karena bumi kita ini berputar pada porosnya (rotasi) dengan kecepatan ± 1666.67 km/jam, maka kekuatan electron bebas ini terpolarisasi di dekat poros bumi, yakni kutub utara dan selatan. Sedangkan benda-benda yang bermuatan megnet, yang memiliki kekuatan menarik dari electron bebas, secara otomatis akan mengikuti arah gerakan electron ke pusat kekuatan tersebut. Dengan demikian benda bermuatan megnet ini bial diberi kesempatan untuk bergerak bebas akan selalu menunjuk arah utara dan selatan. Namun demikian hal ini yang perlu diingat adalah bahwa pemusatan kekuatan electron bebas ini tidak tepat betul di kutub bumi, melainkan berpindah-pindah secara konstan masing-masing tempat di permukaan bumi ini terdapat magnetic variation. Jelanya bahwa untuk menunjuk arah utara – selatan secara tepat, maka di masing-masing lokasi perlu ada koreksi yang berkisar antara – 40 s.d + 40.
Dengan penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk penggunaan kompas magnetis dalam pengukuran arah kiblat, bila kita menginginkan hasil yang benar-benar akurat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Gunakan kompas yang cukup besar dan gerakan jarumnya relative tenang. Sebab pada kompas kecil, jarum magnetnya sangat mudah dipengaruhi kekuatan medan magnet yang ada di sekitar.
b. Carilah data magnetic variation yang berlaku pada tahun itu di lokasi d mana akan dilakukan pengukuran arah kiblat. Data ini tiap tahun bias kita peroleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Departement Perhubungan RI, atau biasanya dilampirkan pada buku Ephemeris Hisab dan Rukyat terbitan Departement Agama.
c. Selanjutnya carilah tempat yang data (kalau bias rata-rata air) kemudian letakkan kompas magnetis tersebut di atanya.
d. Tunggu sejenak sampai jarum kompas benar-benar berhenti, kemudian geserlah pelan-pelan, sehingga angka nol berhimpit sempurnya pada jarum yang mununjuk arah utara.
e. Arah kiblat sebenarnya adalah angk` yang ditunjukkan kompas sesuai dengan hasil penghitungan ditambah/dikurani denan koreksi dari magnetic variation. Misalnya hasil penghitungan adalah -650 58’ 14,97’’ dan data magnetic variation untuk Jawa Timur adalah +10 15’ = -640 43’ 14,97’’ ke arah barat atau 2950 16’ 45’’ searah jarum jam ke timur.
f. Tariklah benang melintasi titik pusat jarum dan angka 2950 16’ pada papan kompas dan tancapkan kedua ujung benang tersebut. Itulah arah kiblat yang kita cari.
2. Menggunakan Tongkat Istiwa’
Pengukuran menggunakan tongkat ini merupakan cara yang tidak menuntut peralatan dan data khusus, tetapi hasilnya bias jadi paling akurat, asal dilakukan dengan cermat dan teliti. Cara pengukuran arah dengan memanfaatkan bayangan matahari ini merpakan cara yang palling akurat di antara cara pengukuran arah yang lain. Hal ini disebabkan gerak matahari saat terbit sampai terbenam merupakan lintasan lurus dari timur ke barat secara hamper sempurna. Dikatakan “hamper” karena memang ada pergeseran tatapi terlalu kecil sehingga dapat diabaikan. Sebagaimana diketahui bahwa setiap tahun matahari bergeser dari 00 di katulistiwa pada tanggal 21 Maret bergeser kea rah utara sampai mencapai 230 26’ LU pada tanggal 22 Juni. Selanjutnya kembali ke titik 00 pada tanggal 22 September dan melanjutkan pergeserannya ke belahan bumi sebelah selatan sejauh 230 26’ LS pada tanggal 21 Desember, dan kembali lagi ke titik 00 tanggal 21 Maret tahun berikutnya.
Pergeseran yang akibat gerak revolusi bumi mengelilingi matahari denganlilntasan orbit berbentuk oval pada posisi miring ini ditempuh bumi rata-rata selama 91,3 hari sejauh 230 26’. Artinya setiap hari (24 jam) bumi bergeser sejauh 00 15’ 23. 86’’. Dari terbit sampai terbenam (selama 12 jam) bumi bergeser sejauh 00 7’ 41.93’’. Dan apabila kita memanfaatkan cahaya matahari selama 4 jam untuk pengukuranarah ini, artinya matahari hanya bergeser sejauh 00 2’ 33.98’’. Sebuah suduh yang hanya bias dihitung tetapi sangat sulit digambarkan karena terlalu kecilnya dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan bayangan matahari ini relatife paling akurat karena kita akan memperoleh arah yang sempurna.
Cara pengukuran arah qiblat dengan tongkat istiwa’ hamper sama denan pengukuran bujur dan lintang tempat dengan tongkat istiwa’ yang telah dibahas terdahulu. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Peralatan yang dibutuhkan meliputi : tongkat lurus sepanjang 1 atau 1,5 meter dengan diameter kira-kira 1 sampai 2 cm, bandul, benang jahit ± 10 meter, paku 10 biji, penggaris siku-siku, kalkulator dan hasil hitungan arah kiblat.
b. Carilah tempat yang datar dengan cahaya matahari penuh. Tancapkan tongkat tegak lurus dengan tanah. Gunakan bandul agar tongkat benar-benar tegak lurus.
c. Perhatikan ujung bayangan tongkat tersebut. Tancapkan paku di ujung bayangan sebanyak tiga kali atau lebih, misalnya pada jam-jam 10, 12 dan 14.
d. Tariklah benang melewati ketiga tanda paku tersebut sepanjang ± 3 meter. Bila anda menancapkan paku tersebut tepat pada ujung bayangan, tentu benang akan membentuk garis lurus. Garis ini adalah arah barat sempurna.
e. Buatlah garis di ujung benang sebelah timur sehingga membentuk sudut siku-siku kea rah selatan. Garis ini adalah arah utara-selatan sempurna.
f. Gunakan kalkulator untuk menghitung nilai tangen dari hasil penghitungan arah kiblat. Misalnya : untuk arah kiblat kota Surabaya – tan 650 58’ 14,97’’ = 2.2429. Artinya perbandingan sisi bawah dan sisi tegak adalah 1 : 2.2429.
g. Selanjutnya ukurlah dari titik sudut benang ke arah selatan sepanjang 1 meter dan arah barat 2.2429 meter. Berilah tanda paku pada kedua titik tersebut.
h. Hubungkan kedua titik tersebut dengan benang. Sisi miring dari segitiga siku-siku tersebut adalah arah kiblat yang kita cari.

Tuesday, 24 January 2012

Aplikasi Penghitungan Arah Kiblat dengan Kalkulator

Sebelum kita menetapkan rumus-rumus di atas dengan menggunakan kalkulator, hal yang perlu kita siapkan terlebih dahulu adalah jenis kalkulator yang kita gunakan minimal harus mampu menampung symbol-simbol matematis pada rumus tersebut. Gunakanlah Sientific Calculatori sekurang-kurangnya yang memuat fungsi sinus, cosines, tangent dan fungsi derajat. Akan lebih mudah memudahkan penghitungan apabila calculator yang kita gunakan mampu menyimpan rumus-rumus di atas, sehingga kita tidak perlu berulang kali menengok rumus, cukup memasukkan data-data bujur dan lintang lokasi yang akan kita cari saja, sedangkan proses penghitungan akan dilakukan kalkulator berdasarkan rumus yang sudah kita masukkan terlebih dahulu. Jenis dan cara memasukkan rumus ke dalam kalkulator dengan fasilitas memori penyimpan rumus ini untuk masing-masing tipe berbeda-beda. Pelajarilah buku petunjuk dari masing-masing tipe tersebut sebelum menggunakan kalkulator jenis ini.
Pada kesempatan ini kita bahas sedikit mengenai prinsip-prinsip umum penggunaan kalkulator.
• Pastikan bahwa pada papan tombol kalkulator yang anda gunakan terdapat tanda-tanda [sin] – [tan] – [cos] – [0 ’ ’’]
• Pada sudut kiri atas ada tombol [INV] atau [Shift]. Tombol ini bisa digunakan mengaktifkan fungsi kedua dari masing-masing tombol, misalnya : [Shift][sin] = sin-1, [Shift][cos] = cos-1, [Shift][tan] = tan-1, sedangkan Cotangen =1/tan dan Cosectan = 1/cos.
• Tombol fungsi derajat [0 ’ ’’] berlaku untuk penullisan angka derajat, menit dan detik, dengan menuliskan angka derajat, tekan tombol tersebut, angka menit tekan tombol tersebut kemudian angka detiknya dan tekan lagi tombol tersebut. Misalkan kita mau menuliskan angka [70 15’ 17’’], maka yang kita tekan berturut – turut adalah : 7[0 ’ ’’]
15[0 ’ ’’] 17[0 ’ ’’].
Prinsip – prinsip pemindahan ruas dari kiri ke kanan berlaku aturan sebagaimana ketentuan pada matematika, yakni ;
Tan x dipindahkan ke ruas kanan menjadi tan-1x
Cos x dipindahkan ke ruas kanan menjadi cos-1x
Sin x dipindahkan ke ruas kanan menjadi Sin-1x
Cotan x dipindahkan ke ruas kanan menjadi tan-1(1/x)
Cosec x dipindahkan ke ruas kanan menjadi cos-1(1/x)
Berdasarkan hal tersebut bisa kita menerapkan rumus-rumus tersebut di atas dengan menggunakan kalkulator yang kita miliki.
Terapan Rumus c :
Misalkan kita akan menghitung arah kiblat dari kota Surabaya dengan data:
- Bujur kota Surabaya = 1120 45’
- Lintang Kota Surabaya = -70 15’
- Rumus : Cotan B = Cotan b x sin a – cos a x cotan c
Sin C

a = 900 - (-70 15’) = 900 + 70 15’ = 970 15’
b = 900 – 210 25’ = 680 35’
c = 1120 45’ – 390 50’ = 720 55’

Cotan B = Cotan 680 35’ x sin 970 15’ – cos 970 15’ x cotan 720 55’
Sin 720 55’
Cotan B = 0,445838986
B = 65,97082381 = 650 58’ 14,97’’
Penghitungan pada kalkulator :
→ 1/tan 680 35’ x sin 970 25’ / sin 720 55’ – cos 970 15’ /tan 720 55’
= 0,445838986
→ tan-1 (1/0,445838986) = 65,97082381 [Shift][0 ’ ’’]
= 650 58’ 14,97’ (dihitung dari titik utara ke barat)
Atau kalau kita ingin menghitung sekali jalan lansung mendapatkan hasil akhir (dengan catatan kalkulator kita memiliki kapasitas memori yang cukup) maka yang kita lakukan adalah
Tan-1 (1/(1/tan 680 35’ x sin 970 15’ / sin 720 – cos 970 15’ / tan 720 55’) = 65.97082381 [Shift][0 ’ ’’] = 650 58’ 14,97’’
Rumus ini bisa disederhanakan berdasarkan ketentuan cotan =1/tan, maka rumus tersebut menjadi :
Cotan B = sin a/(tan b x sin C) – cos a /tan C
Dengan demikian terapan pada kalkulator menjadi:
Tan-1 (1/(sin 970 15’ /(tan 680 35’ sin 720 55’) – cos 970 15’/tan 720 55’) = 65.97082381 [Shift][0 ’ ’’] = 650 58’ 14,97’’
Selanjutnya apabila kita ingin mengukur dari arah barat ke utara, karena sudut arah barat ke utara adalah selisih 900, maka :
900 – 650 58’ 14,97’ = 240 01’ 45.03’’
Terapan Rumus d :


Tan Q = Cos φ x tan 210 25’ -          sin φ       
            Sin (λ – 390 50’)           Tan (λ – 390 50’)

Misalnya kita ingin menghitung arah kiblat dari kota Jombang dengan data-data yang dibutuhkan :
φ ( Lintang kota Jombang) = -70 32 LS
λ (Bujur Kota Jombang = 1120 13’ BT
Penghitungan :


Tan Q    = Cos -70 32’ x tan 210 25’            Sin -70 32’        
Sin (1120 13 – 390 50’)    Tan (1120 13’ – 390 50’)

Terapan pada kalkulator :
Tan-1 (cos -70 32’ tan 210 25’ /sin(1120 13’ – 390 50’) – sin -70 32’ /tan(1120 13’ – 390 50’)
= 24.2091262 [Shift][0 ’ ’’] = 240 12’ 32,85’’