Tuesday 20 September 2011

Kisah Orang-Orang Taubat

Kisah Pertama
Umar bin Khattab suatu ketika lewat di sebuah jalan dari jalan-jalan di Madinah, berpapasan dengannya seorang pemuda yang sedang membawa sebuah botol di bawah bajunya. Umar berkata : ”Apakah yang kau bawa di bawah bajumu?”.
Yang ada dalam botol itu sebetulnya arak, tapi pemuda itu merasa malu untuk mengatakan ‘arak’. Dia berkata dalam hatinya :”Ya Tuhanku, janganlah Engkau buat aku malu di depan Umar, maka aku tidak akan minum arak lagi selamanya”. Kemudian dia berkata :” Ya Amiril Mu’minin, yang aku bawa ini adalah cuka”. Umar berkata :”Coba perlihatkan padaku sehingga aku dapat melihatnya”. Maka pemuda itu membuka botolnya di depan Umar, dan benarlah apa yang dilihat Umar itu adalah cuka.
Mari kita renungkan, ada mahluk yang bertaubat karena takut kepada mahluk lain. Allah Swt lalu merubah araknya menjadi cuka, karena Dia mengetahui keikhlasan taubat dari pemuda itu.
Ada orang yang durhaka dan miskin dari perbuatan baik, bertaubat dari perbatannya yang jahat, dengan taubat yang benar (sungguh-sungguh) dan dia menyesali dosanya, maka Allah Taala akan merubah arak ibarat amal kejahatannya menjadi cuka ibarat ketaatan. (Imam Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub).

Kisah Ke Dua
Disebutkan dari Abu Hurairoh ra, dia berkata :”Aku pernah keluar suatu malam setelah aku menunaikan shalat Isya’ akhir (Isya’ awal adalah maghrib dan Isya’ akhir adalah Salat Isya’) bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba ada seorang perempuan berkata, “Hai Abu Hurairoh, sesungguhnya aku telah melakukan sebuah dosa, maka apakah ada gunanya kalau aku bertaubat?”. Aku berkata, “Engkau telah celaka dan membuat celaka. Demi Allah tidak ada taubat bagimu”. Pingsanglah perempuan itu dan terjerembab, kemudian aku berlalu sambil berkata dalam hati, aku berfatwa sementara Rasulullah ada di tengah-tengah kita. Maka aku menemuui beliau dan aku ceritakan hal ini kepada beliau. Beliau bersabda :”Celakalah engkau dan mencelakakan. Bagaimana pendapatmu tentang ayat :
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (balasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal salih; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan : 68 – 70)
padaku perempuan yang telah bertanya tentang sebuah masalah kepadaku?”. Anak-anak kecil di sit sampai berkata, “Abu Hurairoh gila”, tapi akhirnya aku menemukannya. Lalu aku kabarkan padanya pembicaraanku dengan Rasulullah. Tersedu-sedu dia karena gembiranya kemudian berkata : “Sesungguhnya aku memiliki sebuah kebun dan aku sedekahkan untuk Allah dan utusanNya”. (Imam Ghazaali dalam Makasyiful Qulub)

Kisah Ke Tiga
Sebuah cerita dari Utbah Al-Ghulam. Dia dari golongan ahli fasik yang menyimpang dan sangat terkenal kebejatan moralnya serta kegemarannya minum arak. Suatu hari dia masuk dalam majlis ta’lim Hasan Al-Bisri yang sedang membaca tafsir ayat :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tundukkan hati mereka mengingat Allah”. (Al-Hadid : 16)
Pada saat it Syeikh Hasan memberikan nasihat dalam menafirkan ayat ini dengan nasihat yang dalam, sehingga membuat orang-orang menangis. Maka berdirilah seorang pemuda dari mereka dan berkata, “Wahai orang bertaqwa dari sekalian orang mu’min, adakah Allah Swt akan menerima orang fasik dan lemah seperti aku ini apabila mau bertaubat ?”. Syeikh Hasan berkata,” Ya. Allah akan menerima taubat dari kefasikanmu dan kebejatanmu”. Setelah Utbah-Ghulam mendengar pernyataan ini menjadi pucatlah wajahnya, bergetar semua persendiannya berteriak dengan satu teriakan lalu roboh dan pinsang. Ketika dia siuman Hasan menghampirinya sambil mengumandangkan syair yang maksudnya :”Wahai pemuda yang durhaka kepada Tuhan Yang Memiliki Arsy, tahukah engkau apa balasan orang-orang yang berbuat durhaka ?. Neraka Syair bagi orang yang durhaka, yang mempunyai suara nyala api pada saat ubun-ubun dipegang. Kalau engkau tabah menghadapi neraka itu, berbuatlah durhaka. Kalau tidak, jadikanlah dirimu orang menjauhi ma’siyat. Dengan kesalahan-kesalahan yang telah engkau lakukan berarti engkau telah menggadaikan diri. Maka bersungguh-sungguhlah dalam membebaskan dirimu”.
Utbah berteriak lagi, dan kali lebih keras lalu roboh. Pinsang. Ketika siuman Utbah berkata,”Ya Syeikh, apakah betul Tuhan yang Maha Penyayang menerima taubat seseorang seperti aku yang tercela ini ?”. Syeikh Hasan menjawab, “Tidak ada yang dapat menerima taubat orang yang menyimpang kecuali Tuhan Yang Maha Memaafkan”. Kemudian Utbah mengangkat kepalanya dan berdoa dalam tiga doa. Pertama dia berdoa, “Tuhanku kalau Engkau menerima taubatku dan mengampuni dosa-dosaku, muliakanlah aku dengan kefahaman dan hafalan sehingga aku dapat menghafal semua yang aku dengar baik ilmu atau Al-Qur’an”. Yang kedua dia berdoa,” Tuhanku, muliakanlah aku dengan suara yang indah sehingga setiap orang yang mendengar bacaanku menjadi bertambah lembut hatinya, walaupun dia orang yang hatinya keras membatu”. Ketiga dia berdoa, “Tuhanku karuniakanlah kepadaku rizki dari arah yang tidak aku sangka”. Akhirnya Allah Taala mengabulkan semua doanya sehingga bertambahlah tingkat pemahaman dan hafalannya. Kalau dia membaca Al-Qur’an bertaubatlah orang yang mendengarnya. Setiap hari di dalam rumahnya terdapat sepiring kuah dan dua potong roti, tetapi tidak seorangpn tahu siapa yang meletakkannya. Hal yang demikian berlangsung sampai dia berpisah dengan dunia.
Demikianlah keadaan orang yang benar-benar kembali pada Allah, karena Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang baik dalam amalannya.

Kisah Ke Empat
Al-fakih Abul Alaits mencertikan dengan sanadnya. Dia berkata, “Umar pernah datang pada Rasulullah Saw dengan menangis, “Bersabdalah wahai Rasulullah, di pintu ada seorang pemuda yang meruntuhkan hatiku. Dia sedang menangis”. Rasulullah Saw lalu bersabda, “Masukkanlah dia, hai Umar”. Maka menghadaplah pemuda itu sambil menangis. Rasulullah Saw bersabda padanya, “Apa yang membuatmu menangis, anak muda ?”. Jawab pemuda itu, “Aku menangisi dosa-dosaku yang banyak, Ya Rasulullah. Aku takut pada Tuhan Yang Maha Perkasa yang Maha Murka padaku”. Rasulullah Saw, “Adakah engkau menyekutukan sesuatu dengan Allah ?”. Pemuda, “Tidak Ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Apakah engkau membunuh seseorang tanpa hak ?”. Pemuda, “Tidak”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosamu, walaupun sejumlah langit yang tujuh, bumi dan gunung”. Pemuda, “Dosaku lebih besar dari itu semua”. Rasulullah Saw, “Dosamukah ataukah Kursi yang lebih besar ?”. Pemuda, “Dosaku yang lebih besar, Ya Rasulullah”. Rasulullah Saw, ”Dosamukah yang lebih besar atau Arsy?”. Pemuda, “Dosaku yang lebih besar”. Rasulullah Saw,”Dosamukah yang lebih besar atau Tuhanmu, yaitu ampunan Allah ?”. Pemuda, “Tentu Allah yang lebih besar dan lebih Agung”. Rasulullah Saw, “Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa besar kecuali Allah Yang Maha Besar, yang besar ampunannya. Coba ceritakan padaku tentang dosamu itu !”. Pemuda itu berkata, “Sesungguhnya aku malu padamu, Ya Rasulullah”. Rasulullah, “Kamu harus menceritakan dosamu padaku”. Pemuda, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku selalu menggali kuburan sejak tujuh tahun. Suatu hari ada perempuan muda dari anak-anak Anshar, aku menggali kuburnya dan mengambil kafannya. Kemudian aku pergi, tapi belum jauh dari sana setan menguasai diriku. Akhirnya akupun kembali dan menyetubuhinya. Ketika aku berlalu belum jauh, tiba-tiba perempuan muda itu berdiri dan berkata, “Celakalah kamu hai pemuda, tidakkah kamu malu kepada Tuhan Yang melaksanakan hukum pembalasan, Dia akan mengambil ajal dari orang yang menganiaya untuk orang yang dianiaya. Engkau telah mnembiarkan aku telanjang junub dalam asrama orang-orang mati”. Melompatlah Rasulullah Saw dan mendorong tengkuk pemuda itu. Beliau bersabda, “Hai fasik, betapa besar keinginanmu ke neraka. Enyahlah”. Keluarlah pemuda itu kemudian bertaubat kepada Allah selama empat puluh malam. Ketika telah sempurna menjalani empat puluh malam, dia mengangkat kepalanya ke langit untuk berdoa, “Ya Tuhan Muhammad, Adam dan Ibrahim, kalau Engkau mengampuni aku maka beritahukanlah kepada Muhammad dan sahabat-sahabatnya, kalau tidak, utuslah api dari langit, lalu bakarlah aku dengan api itu, namun selamatkanlah aku dari siksa akhirat”. Abu Laits berkata, “Maka turunlah Jibril pada Muhammad Saw dan berkata, “Ya Muhammad, Tuhanmu memberi salam kepadamu dan berfirman kepadamu, ”Engkaukah yang menciptakan mahluk?”. Muhammad Saw, “Tentu Dia Yang telah menciptakan aku dan menciptakan mereka, memberi rizki aku dan mereka”. Jibril berkata, “Allah berfirman kepadamu – ‘Sesungguhnya Aku menerima taubat pemuda dahulu itu’ ”. Beliau lalu memanggil pemuda itu dan mengabarkan berita gembira itu, bahwa sesungguhnya Allah Swt menerima taubatnya”.

Kisah Ke Lima
Taubatnya pembunuh seratus jiwa
Diriwayatkan dari Abu Sais Al-Khudri, bahwa Nabi SAW bersabda :
Dahulu, pada umat sebelum kalian, ada seorang pemuda yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Dia bermaksud mencari orang alim, maka ditunjukkan kepadanya seorang rahib (pendeta) Iapun mendatangi rahib tersebut. Ia mengatakan kepada rahib itu bahwa ia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa; apakah masih bisa bertaubat. “Tidak bisa”, kata rahib itu. Mendengar jawaban itu si pemuda membunuh rahib itu sehingga korban pembunuhannya sekarang seratus orang.
Sesudah itu pemuda itu mencari orang alim lagi. Dan ditunjukkan kepada seoaang alim oleh seseorang yang ditemui. Kepada orang alim itu ia menceritakan bahwa dirinya telah membunuh seratus jiwa; apakah ada kesempatan untuk dirinya untuk bertaubat. Orang alim itu menjawab, “Tentu saja. Siapa yang dapat menghalangimu bertaubat. Pergilah ke Negara anu karena disana ada orang-orang yang melakukan ibadah kepada Allah. Beribadahlah bersama mereka, dan jangan kembali kenegeri asalmu. Sebab negeri asalmu adalah tempat yang buruk”.
Pemuda itupun pergi. Namun tatkala ia di tengah perjalanan, ajal menjemputnya. Saat itulah malaikat rahmat dan malaikat adzab bertikai. Kata Malaikat Rahmat :”Ia datang sebagai orang bertaubat dengan mengarahkan hatinya kepada Allah Taala”. Malaikat Adzab menyanggah: “ Ia sama sekali belum pernah melakukan kebajikan”. Kemudian datanglah satu malaikat dalam rupa manusia untuk menengahi perselisihan mereka. Ia mengatakan :”Ukurlah jarak antara dua daerah itu, kemana ia lebih dekat”. Mereka mengukurnya, ternyata tempat kematian pemuda itu lebih dekat ke daerah yang dituju (negeri kebaikan). Maka malaikat rahmat membawanya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan:”Ia lebih dekat sejengkal ke negeri yang baik, sehingga ia termasuk ahli negeri itu”.
Dalam riwayat lain disebutkan :”Allah mewahyukan kepada daerah yang satu untk menjauh kepada daerah lainnya untuk mendekat, seraya berfirman, ’Ukurlah jarak antara keduanya’. Maka mereka mendapati bahwa ia lebih dekat ke daerah yang dituju, yaitu daerah kebaikan, kemudian Allah mengampuni dosanya’.

Kisah Ke Enam
Taubatnya Fudlail bin Iyadh
Dulunya ia adalah pembegal, dan yang menyebabkan ia bertaubat adalah saat ia rindu kepada seorang gadis. Tatkala ia hendak naik tembok untuk menemui gadis tersebut, tiba-tiba ia mendengar seorang pembaca Al-Qur’an sedang membaca ayat :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah? .” (Al-Hadid : 16)
Tatkala mendengan bacaan itu ia menjawab, “Benar wahai Rob, sudah saatnya”. Aku kembali (tidak meneruskan niatnya). Malam itu ia kembali ke semak belukar, ternyata di jalan itu ada rombongan musafir. Salah seorang dari mereka berkata : ”Lanjutkan perjalanan”. Seorang lagi mengatakan, “Kita tidak melanjutkan perjalanan sampai pagi, sebab Fudlail ada di jalan dan akan membegal kita”. Fudlail lalu berkata :”Aku berpikir dan berkata dalam hatiku, aku berjalan malam hari dalam kemaksiyatan, sementara segolongan muslimin di sini takut padaku. Menurutku, tiadalah digiring aku kepada mereka, kecuali agar aku sadar; Ya Allah, aku bertaubat kepadaMu dan aku jadikan taubatku untuk senantiasa berada di dekatBaitul Haram”.

Kisah Ke Tujuh
Taubatnya Wanita Al-Ghamidiyah
Dari Buraidah ra, dia menuturkan : “Seorang wanita yang disebut Al-Ghamidiyah datang menemui Rasulullah Saw. Ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku telah berzina. Sucikanlah aku!”. Tapi Rasulullah saw menolak pengakuannya tersebut. Keesokan harinya ia datang kembali kepada Rasulullah saw dan berkata: “Ya Rasulullah, mengapa tuan menolak pengakuanku?. Mungkin Tuan menolak aku sebagaimana Tuan menolah pengakuan Maiz. Demi Allah, saat ini aku sedang hamil”. Rasulullah Saw mengatakan: “Baiklah, kalau begitu kamu pergi dulu sampai kamu melahirkan anakmu”.
Setelah melahirkan, wanita itu kembali menghadap Rasulullah saw sambil menggendong bayinya dalam selembar kain lalu berkata: “Inilah bayi yang telah aku lahirkan”. Rasuluillah saw bersabda: “Susuilah bayi itu hingga disapih”. Setelah disapih wanita itu datang kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya sedang di tangannya ada sekerat roti. Ia berkata: “Wahai Nabi, aku sudah menyapihnya. Ia sudah memakan roti”.
Beliau lalu menyerahkan anak itu kepada seorang pria dari kalangan umat Islam, kemudian beliau memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada, lalu memerintahkan orang-orang untuk merajam wanita tersebut. Saat itu Khalid bin Walid membawa batu ditangannya lantas melemparkan kearah wanita itu hingga darah wanuta itu muncrat mengenai wajah Khalid bin Walid. Tak ayal Khalid memaki wanita itu. Mendengar makian kepada wanita itu Rasulullah bersaabda :
“Sabar wahai Khalid!, demi Zat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh ia telah bertaubat dengan taubat yang seandainya oleh seorang pemungut cukai (pajak), niscaya ia akan diampuni”.
Dalam sebuah riwayat disebutkan. ‘kemudian Rasulullah Saw menshalatkannya. Umar bertanya: “Engkau menshalatinya wahai Rasulullah, padahal ia telah berzina”. Beliau menjawab; “Ia telah bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah niscaya mencukupinya; apakah kamu menemukan taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya karena Allah”,

Kisah Ke Delapan
Taubatnya Maiz bin Malik
Dari Buraidah ra, ia menuturkan : “Pada suatu ketika, Maiz bin Malik datang kepada Nabi Saw, lalu dia berkata pada beliau, “Ya Rasulullah, sucikanlah aku”. Rasulullah saw menjawab, “Kasihan, pulanglah, lalu mintalah ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya”. Maiz pergi tapi belum begitu jauh dia kembali lagi seraya berkata, “Ya Rasulullah, sucikanlah aku”. Rasulullah menjawab seperti semula, dan hal ini berlangsung berulang-ulang, sampai empat kali. Pada kali terakhir Rasulullah bertanya, “Dari hal apakah kamu harus aku sucikan ?”. Maiz menjawab, ‘dari dosa berzina”.
Kemudian beliau bertanya (kepada para sahabat), “Apakan dia gila ?”. Beliau diberitahu bahwa dia tidak gila. Beliau bertanya lagi, “Apakah dia habis munum khamr ?”. Seorang sahabat berdiri lalu mendekati Maiz, tetapi tidak mencium bau khamr. Maka beliau bertanya kepada Maiz, “Apakah kamu telah berzina ?”. Maiz menjawab : “Benar wahai Rasulullah”. Lalu Rasulullah memerintahkan supaya dilaksanakan rajam terhadap Maiz, lantas dia dirajam.
Mengenai kematian Maiz ini pendapat para sahabat terpecah menjadi dua golongan. Yang satu mengatakan bahwa Maiz telah tewas dan dosanya masih belum hilang. Yang kedua mengatakan bahwa Miaz telah bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, tiada taubat yang melebihi taubat Maiz Dia datang menghadap Nabi Saw, lalu meletakkan tangannya di atas tangan Nabi Saw, kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, rajamlah aku dengan batu!”. Mereka tetap dalam perbedaan pendapat itu selama dua atau tiga hari. Kemudian Rasulullah datang. Setelah memberi salam kemudian beliau duduk bersama mereka, lalu bersabda: “Mintakanlah ampun buat Maiz bin Malik”. Merekapun mengatakan: “Semoga Allah mengampuni Maiz bin Malik”. Rasulullah bersabda: “Maiz betul-betul telah bertaubat yang sempurna. Seandainya taubat Maiz dapat dibagi-bagikan di tengah-tengah ummat niscaya mencukupi buat mereka”.

Kisah Ke Sembilan
Taubat seseorang umat Nabi Musa as.
Pada zaman Nabi Musa as. ada seorang laki-laki yang tidak sungguh-sungguh lurus dalam bertaubat. Setiap dia bertaubat tentu dirusaknya kembali. Dia berada dalam keadaan demikian selama dua puluh tahun. Lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as. : “Sampaikan pada hamba-Ku Fulan bahwa sesungguhnya Aku murka terhadapnya”. Musa as menyampaikan tugas risalah ini kepada laki-laki yang dimaksud, dan diapun bersedih hati setelah mendengar apa yang disampaikan Nabi Musa as itu. Dia pergi menuju padang luas, sambil berkata : ”Tuhanku, habiskah rahmat-Mu atau maksiatku membahayakan-Mu, habiskah simpanan ampunan-Mu atau Engkau telah menjadi kikir atas hamba-hamba-Mu?. Dosa manakah yang lebih besar dari ampunan-Mu. Kemuliaan ada diantara sifat-sifat-Mu yang Qadim, sedang kehinaan ada di antara sifat-sifatku yang hadis. Lalu adakah sifatku itu mengalahkan sifat-Mu?. Lalu kalau Engkau halangi hamba-Mu dari rahmat-Mu, maka kepada siapa lagi mereka akan mengharapkan, dan jika Engkau tolak mereka, lalu kepada siapa mereka mengadu?. Tuhanku, kalau memang rahmat-Mu telah habis dan tidak bisa lain dengan tersiksaku, maka pikulkanlah diatasku semua siksa dari hamba-hamba-Mu, sehingga aku menebus mereka dengan dengan diriku”. Allah Swt berfirman. “Hai Musa, pergilah kepadanya dan katakan kepadanya, : “Seandainya dosamu itu memenuhi bumi, Aku (Allah) tetap akan memberi ampun padamu, setelah engkau mengenal-Ku dengan kekuasaan, pengampunan dan rahmat-Ku yang sempurna”.


Kisah Ke Sepuluh
Diriwayatkan dari Hasan, dia berkata :”Ketika Allah menerima taubat Nabi Adam as., malaikatpun ikut merasa bahagi dan turunlah Jibril dan Mikail as kepadanya dan berkata : ”Hai Adam, mudah-mudahan kedua matamu memancarkan kegembiraan sebab Allah menerima taubatmu”. Berkata Adam as., : “Hai Jibril, kalau setelah penerimaan taubat ini ada pertanyaan maka di mana kedudukanku?”. Allah lalu menurunkan wahyu kepadanya, “Hai Adam, engkau telah mewariskan keletihan dan kesusahan pada keturunanmu dan juga mewariskan taubat pada mereka. Barangsiapa di antara mereka berdoa pada-Ku, tentu Aku mengabulkannya sebagaimana Aku mengabulkanmu. Dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku Aku tidak akan berbuat kikir kepadanya, karena sesungguhnya Aku adalah Tuhan yang dekat lagi mengabulkan. Hai Adam, Akupun akan menghimpun orang-orang yang bertaubat dari kubur mereka dengan kegembiraan dan tawa, sebab doa mereka selalu dikabulkan”.
Nabi Muhammad saw bersabda : “Sesungguhnya Allah Swt membentangkan tangannya hingga siang hari untuk menerima taubat bagi orang yang berbuat jahat pada waktu malam hari, dan pada waktu siang Dia membentangkan sampai malam hari hingga matahari terbit dari tempatnya terbenam”. Dibentangkannya tangan di sini suatu kiasan dari penerimaan taubat. Nabi Muhammad Saw bersabda : “Seandainya engkau melakukan beberap kesalahan hingga memenuhi langit, kemudian engkau menyesali, tentu Allah menerima taubatmu”. Nabi Muhammad Saw bersabda : “Sesungguhnya ada seorang hamba melakukan dosa, lalu dia masuk sorga karena dosa itu”. Dihaturkan kepada beliau, “bagaimana itu terjadi, Ya Rasulullah ?”. Belia bersabda : “Karena yang terpampang dalam matanya hanyalah bertabat dari dosa itu serta lari darinya, sehingga masuk sorga”. Nabi Muhammad Saw bersabda : “Kafarat dari sebuah dosa adalah menyesalinya” . Nabi Muhammad Saw bersabda : “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak pernah ada dosanya”.

Kisah Ke Sebelas
Diriwayatkan, sesungguhnya ada seorang nabi dari nabi-nabi Allah berbuat sebuah dosa. Allah menurunkan wahyu padanya : ”Demi Keagungan-Ku, apabila engkau mengulanginya lagi tentu Aku akan menyiksamu”. Nabi itu lalu berkata : “Ya Tuhanku, aku, aku, dan Engkau, Engkau. Demi Keagungan-Ku, kalau Engkau tidak menjagaku tentu aku mengulanginya”. Lalu Allah menjaganya.

0 comments:

Post a Comment

Kritik dan saran untuk kebaikan dan penyempurnaan