Perhitungan gerhana Bulan
dengan menggunakan perhitungan sistem Ephemeris Hisab Rukyat serta beberapa
data yang terdapat pada data Ephemeris tentang Matahari dan Bulan, dengan
proses perhitungan sebagai berikut :
1. Perkiraan
terjadinya Gerhana Bulan
Untuk menghitung kemungkinan terjadinya gerhana bulan berdasarkan tabel
kemungkinan terjadinya gerhana yang terdapat pada data jadwal gerhana, yaitu
dengan cara :
a) Ambil data dari tabel A menurut kelompok tahunnya
b)
Ambil data dari tabel B menurut satuan tahunya
c)
Ambil data dari tabel C pada kolom gerhana Bulan
d) Ketiga data
tersebut (A,B dan C) dijumlahkan.
NB. Hasilnya antara 00o
sampai dengan 360o
Tabel A
TH
|
DATA
|
TH
|
DATA
|
TH
|
DATA
|
||
00
|
331o
05’ 12”
|
1400
|
084o
50’ 12”
|
1700
|
338o
50’ 12”
|
||
30
|
212o
29’ 12”
|
1430
|
326o
14’ 12”
|
1730
|
220o
14’ 12”
|
||
60
|
093o
53’ 12”
|
1460
|
207o
38’ 12”
|
1770
|
101o
38’ 12”
|
||
90
|
335o
17’ 12”
|
1490
|
089o
02’ 12”
|
1800
|
343o
02’ 12”
|
||
1220
|
076o
26’ 12”
|
1520
|
330o
26’ 12”
|
1830
|
224o
26’ 12”
|
||
1250
|
317o
50’ 12”
|
1550
|
211o
50’ 12”
|
1800
|
105o
50’ 12”
|
||
1280
|
199o
14’ 12”
|
1580
|
093o
14’ 12”
|
1890
|
347o
14’ 12”
|
||
1310
|
080o
38’ 12”
|
1610
|
334o
38’ 12”
|
2010
|
228o
38’ 12”
|
||
1340
|
322o
02’ 12”
|
1640
|
216o
02’ 12”
|
2040
|
110o
02’ 12”
|
||
1370
|
203o
26’ 12”
|
1670
|
097o
26’ 12”
|
2070
|
351o
26’ 12”
|
Tabel B
TH
|
DATA
|
TH
|
DATA
|
TH
|
DATA
|
||
01
|
008o
02’ 48”
|
11
|
088o
30’ 48”
|
21
|
168o
58’ 48”
|
||
02
|
016o
05’ 38”
|
12
|
096o
33’ 36”
|
22
|
177o
01’ 36”
|
||
03
|
024o
08’ 24”
|
13
|
104o
36’ 24”
|
23
|
185o
04’ 24”
|
||
04
|
032o
11’ 12”
|
14
|
112o
39’ 12”
|
24
|
193o
07’ 12”
|
||
05
|
040o
14’ 00”
|
15
|
120o
42’ 00”
|
25
|
201
o 10’ 00”
|
||
06
|
048o
16’ 48”
|
16
|
128o
44’ 48”
|
26
|
209o
12’ 48”
|
||
07
|
056o
19’ 36”
|
17
|
136o
47’ 36”
|
27
|
217o
15’ 36”
|
||
08
|
064o
22’ 24”
|
18
|
144o
50’ 24”
|
28
|
225o
18’ 24”
|
||
09
|
072o
25’ 12”
|
19
|
152o
53’ 12”
|
29
|
233o
21’ 12”
|
||
10
|
080o
28’ 00”
|
20
|
160o
56’ 00”
|
30
|
241o
24’ 00”
|
Tabel C
NAMA BULAN
|
GERHANA
|
|
MATAHARI
|
BULAN
|
|
Muharram
|
030o
40’ 15”
|
015o
20’ 07”
|
Shofar
|
061o
20’ 30”
|
046o
00’ 22”
|
Robi’ul Awal
|
092o
00’ 45”
|
076o
40’ 37”
|
Robi’ul Akhir
|
122o
41’ 00”
|
107o
20’ 52”
|
Jumadil Ula
|
153o
21’ 15”
|
138o
01’ 07”
|
Jumadil
Akhiroh
|
184o
01’ 30”
|
168o
41’ 22”
|
Rajab
|
214o
41’ 45”
|
199o
21’ 37”
|
Sya’ban
|
245o
22’ 00”
|
230o
01’ 52”
|
Romadhon
|
276o
02’ 15”
|
260o
42’ 07”
|
Syawwal
|
306o
42’ 30”
|
291o
22’ 22”
|
Dzulqo’dah
|
337o
22’ 45”
|
322o
02’ 37”
|
Dzulhijjah
|
008o
03’ 00”
|
352o
42’ 52”
|
Gerhana Bulan mungkin akan terjadi apabila hasil penjumlahan tersebut :
·
Antara 000o sampai dengan 014o
·
Antara 165o sampai dengan 194o
·
Antara 345o sampai dengan 360o
2. Konversi Kalender
dari Hijriyah ke Masehi
Perlu diketahui bahwa data Astronomis yang kita peroleh dari Buku Ephemeris
Hisab Rukyat maupun dari program Winhisab adalah data berdasarkan kalender
masehi dengan posisi waktu Greenwich (GMT). Untuk itu perlu dilakukan konversi
dari kalender hijriyah ke masehi untuk tanggal kemungkinan terjadinya Gerhana
itu. Sebelum melakukan konversi tahun Hijriah ke Masehi, terlebih dahulu
diketahui adalah :
a.
Koreksi tetap tahun Masehi dengan tahun Hijriah
dihitung dari tanggal 1 Januari 1 M. Sampai dengan 15 Juli 622 M. Tanggal tersebut
menurut perhitungan ahli hisab, bertepatan dengan 1 Muharam 1 Hijriah. Setelah
dilakukan penghitungan, maka selisih hari antara kalender hijriyah dengan
masehi adalah 227015 hari.
b.
Dasar perhitungan tahun Masehi berpedoman pada peredaran
mengelilingi Matahari yang memerlukan waktu 365,25 hari, yang seharusnya 365,
242199074 hari. Tetapi dalam perakteknya sebelum tanggal 4 Oktober 1582 M
dihitung 365,25 Hari.
c.
Terdapat tambahan tahun Masehi sebanyak 10 hari
oleh Paus Gregorius XIII atas saran Clavius, ahli astronomi masa itu, karna
kepentingan ibadah umat nasrani. Sebagai koreksi terhadap sistem penaggalan
lama (sistem yulius) yaitu keesokan hari setelah tanggal 4 Oktober 1582 M
diajukan 10 Hari sehingga besoknya dihitung 15 Oktober 1582 M bukan hari jum’at
5 Oktober 1582 M. Pada setiap bilangan tahun abad penuh yang tidak dihabis 4000
tetap disebut Tahun Basithoh ( tahun pendek). Dengan demikian secara
keseluruhan koreksi terap anggaran Gregorius XIII sebanyak 13 Hari.
d.
Setiap unit perhitungan disebut 1 daur/siklus
tahun Masehi adalah 4 Tahun, dengan perincian 3 tahun Basithoh (tahun pendek)
masing-nasing berumur 365 Hari dan 1 kabisat (tahun panjang) berumur 366 hari untuk bulan Pebuari berumur 29 Hari.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa 1 daur tahun Masehi sama dengan (3x365
Hari) + (1x366 Hari = 1461 Hari, atau 4x365 + 1 Hari = 1461 Hari.
e.
Dalam tahun Masehi, tahun kabisat adalah bilangan
tahun yang habis dibagi 4, sedangkan yang tidak habis dibagi 4 adalah tahun
Basithoh.
f.
Untuk memperoleh hari dan pasaran, langkah-langkah
sebagai berikut:
·
jumlah Hari sebelum ditambah koreksi Gregorius 13
hari, dibagi 7, selebihnya dihitung mulai hari sabtu yakni:
1 = Sabtu
|
3 = Senin
|
5 = Rabu
|
7 = Jum’at
|
2 = Ahad
|
4 = Selasa
|
6 = Kamis
|
0 = Jum’at
|
·
jumlah hari tersebut kemudian dibagi 5, selebihnya
dihitung mulai pasaran Kliwon:
1 = Kliwon
|
3 = Paing
|
5 = Wage
|
2 = Legi
|
4 = Pon
|
0 = Wage
|
Perlu diingat bahwa gerhana Bulan selalu terjadi pada saat Matahari dan
Bulan beroposisi, sehingga gerhana bulan itu akan terjadi pada saat Bulan
Purnama, yakni sekitar tanggal 14/15 bulan Qomariyah.
Jadi yang harus dilakukan adalah menghitung tanggal 15 Qomariyah yang ada
kemungkinan terjadi Gerhana Bulan itu bertepatan tanggal berapa menurut
penanggalan Syamsyiyah atau Masehi.
g.
Rumus konversi dari kalender Hijriyah ke kalender
Masehi adalah sebagai berikut :
Masehi = Dx10631 + Tx354 + K + B + T +
G + 227015
365,25
Dimana :
D = Jumlah Daur 30 tahunan
T = Sisa tahun utuh setelah dihitung
Daurnya
K = Jumlah kabisat dihitung dari akhir
Daur sampai tahun utuhnya
B = umur bulan utuh
T = tanggal
G = Anggaran Gregorius
3. Penghitungan Saat
terjadinya Istiqbal (Opposisi)
Pertama menyiapkan data Astronomi untuk tanggal hasil Konversi tanggal
diatas dari buku Ephemeris Hisab Rukyat atau Program Winhisab.
Catatan :
Data Ephemeris
menggunakan Greenwich , artinya bagi
tempat-tempat yang berada di bujur Timur waktunya lebih dahulu dari pada waktu Greenwich . Misalnya waktu
WIB lebih dahulu 7 jam dari pada waktu Greenwich. Adapun langkah penghitungan adalah sebagai
berikut :
a)
Melacak FIB terbesar pada kolom Fraction
Illumination Bulan. Periksa FIB terbesar terjadi pada jam berapa waktu Greenwich .
b) Periksa sekali lagi
adanya kemungkinan terjadi Gerhana Bulan, yaitu dengan melihat nilai atau harga
mutlak Lintang Bulan (pada kolom Apparent Lotitude Bulan) saat FIB terbesar.
1) Jika harga mutlak lintang bulan lebih besar 1o05’07”
maka tidak terjadi gerhana bulan.
2) Jika harga mutlak lintang bulan lebih kecil 1o00’24” maka pasti terjadi gerhana bulan.
3) Jika harga mutlak lintang bulan < 1o05’07” dan > 1o00’24” maka kemungkian terjadi gerhana bulan.
c)
Untuk menghitung Sabaq
Matahari (B1) atau gerak Matahari setiap jam dengan cara menghitung
harga Mutlak selisih antara data ELM (ELM = Ecliptitic Longitude Matahari) pada
jam FIB terbesar tersebut dan pada satu jam berikutnya.
d)
Untuk menghitung Sabaq
Bulan (B2) atau gerak Bulan setiap jam dengan cara menghitung harga
mutlak selisih antara data ALB (ALB = Apparent Longitude Bulan) pada jam FIB
terbesar tersebut dan pada satu jam berikutnya.
Catatan : bila FIB terbesar terjadi pada
jam 24 maka satu jam berikutnya adalah jam 01 pada hari atau tanggal
berikutnya.
e)
MB
= ELM – (ALB-180)
|
(data ELM dan ALB
pada jam FIB terbesar)
f)
SB=B2-B1
|
g)
Titik
Istiqbal = MB : SB
|
h)
Istiqbal
= Waktu FIB + Titik Istiqbal + WIB
|
i)
Untuk melacak data
berikut ini di dalam Ephemeris pada saat terjadi Istiqbal secara Interpolasi.
a)
Semi Diameter Bulan (SDc) pada kolom semi diameter Bulan.
b) Horozontal Parallaks Bulan (HP) pada kolom Horizontal Parallaks.
c)
Lintang Bulan (L) pada kolom apparent
lotitude bulan.
d)
Semi Diameter Matahari (SDo)
pada Semi Diameter Matahari.
e) Jarak Bumi (JB) pada kolom True
Geocentric Distance Matahari.
j)
Untuk menghitung Horizontal Parallaks
Matahari (HPo) dengan rumus sebagai berikut:
Sin
HPo = sin 0o0’08.794” : JB
|
k)
Sin H = sin L : sin 5
|
l)
Tan U = (tan L : sin H)
|
m)
Sin
Z = (sin U x sin H)
|
n)
K
= cos L
x SB : cos U
|
o)
D
= (HP + HPo – SDo) x 1.02
|
p)
X
= D + SD
|
q)
Menghitung jarak titik pusat
bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika seluruh piringan Bulan masuk pada bayangan inti
bumi (Y) dengan rumus :
Y = D - SD
|
r)
Menghitung jarak titik pusat
Bulan ketika piringan Bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti Bumi sampai
titik pusat Bulan saat segaris dengan bayangan inti Bumi (C) dengan rumus :
Cos
C = cos X : cos Z
|
s)
Menghitung waktu yang diperlukan
oleh Bulan untuk berjalan mulai ketika piringan Bulan mulai bersentuhan dengan
bayangan inti Bumi sampai ketika titik pusat Bulan segaris dengan bayangan inti
Bumi (T1) dengan rumus
T1
= C : K
|
Catatan ;
Bila Y lebih kecil dari pada Z maka
akan terjadi Gerhana Bulan sebagian. Oleh karena itu E dan T2 berikut ini tidak perlu dihitung.
t)
Menghitung jarak titik pusat
Bulan saat segaris dengan bayangan inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika
seluruh piringan Bulan masuk pada bayangan inti Bumi (E) dengan rumus :
Cos
E = cos Y : cos Z
|
u)
Menghitung waktu yang diperluksn oleh Bulan
untuk berjalan mulai dari titik pusat Bulan saat segaris dengan dengan bayangan
inti Bumi sampai titik pusat Bulan ketika seluruh piringan Bulan masuk pada
bayangan inti Bumi (T2) dengan rumus :
T2
= E : K
|
v)
Ta
= cos H : sin K
|
w)
Tb = sin L : sin K
|
x)
T0
= (sin 0.05 x Ta x Tb)
|
y) Menghitung waktu
titik tengah Gerhana (Tgh) dengan cara: Perhatikan lintang Bulan (L) dalam kolom Apparent Latitude Bulan pada
jam FIB terbesar dan pada satu jam berikutnya.
Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin mengecil maka
Tgh
= Istiqbal + To - ∆T
|
Tgh
= Istiqbal - To - ∆T
|
Catatan:
1) ∆T
adalah koreksi waktu TT menjadi GMT
2) Bila dikehendaki dengan waktu WIB, tambahkan 7 jam
3)
Bila hasil penambahan tersebut lebih besar dari
24, maka kurangi dengan 24. sisanya itulah titik tengah Gerhana tetapi pada
tangalberikutnya dari tanggal Ephemeris.
z)
Mulai
gerhana = Tgh – T1
|
1)
Mulai
Total = Tgh – T2
|
2)
Selesai Total = Tgh + T2
|
3)
Selesai Gerhana = Tgh + T1
|
Catatan:
Bila awal Gerhana lebih besar dari pada waktu
Matahari terbit di suatu tempat atau akhir Gerhana lebih kecil dari pada waktu
terbenam Matahari di tempat itu maka Gerhana Bulan tidak tampak dari tempat
tersebut.
å)
LG = (D+SD – Z) : (2 x SD)
x 100%
|
Apabila dikehendaki satuan ukurnya dengan Usbhu’ (jari), maka hasil
perhitungan lebar Gerhana ini dikalikan 12
ä)
Mengambil kesimpulan
dari hasil perhitungan, yakni menyatakan hari apa, tanggal dan jam berapa
terjadi gerhana bulan.
[1]
Khozin, Muhyiddin – Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek – Buana Pustaka,
Yogyakarta, 2007. P. 217 - 224
0 comments:
Post a Comment
Kritik dan saran untuk kebaikan dan penyempurnaan